Pages

Saturday 18 June 2016

Hidup Sendiri dengan Penyakit Kronis, Boru Saragih Berharap Belas Kasih

SIMANTAB.COM, Perdagangan – Di usianya yang telah uzur, Lestina Saragih (55) hidup dalam keprihatinan. Tidak hanya harus berjuang hidup dengan raga yang digerogoti penyakit, janda dengan dua orang anak ini juga hidup sebatang kara.
Jumat (17/06/2016) petang, Simantab.com dipertemukan dengan Lestina, lewat bantuan Rosma br Sinaga, seorang tetangga Lestina. Segelas teh hangat menemani bincang-bincang ringan dengan Lestina, di ruang tamu milik br Sinaga, yang tinggal tepat bersebelahan dengan rumah tua peninggalan almarhum Napitupulu, suami Lestina, yang selama ini ia menjadi tempat ia berteduh.
Dengan suara bergetar menahan batuk, Lestina, demikian wanita ini biasa disapa, mengaku telah 8 tahun hidup sebatang kara. “Sejak amangboru mu meninggal 8 tahun lalu, aku hidup sendiri,amang,” ujar Lestina membuka cerita. Dia bilang, sepeninggal suaminya yang dulu bekerja sebagai juru parkir di Perdagangan, dia juga terpisah dengan sepasang anaknya.
“Yang paling tua, si Fitriyanti Napitupulu menikah dengan orang Limapuluh. Yang nomor dua, si Febri Gunawan, tinggal di Jakarta. Dia sekolah di sana, dibiayai famili kami,” katanya.
Selama itu pula, wanita bertubuh kurus kering dengan kepala yang kini dipenuhi uban ini bilang, ia harus berjuang hidup sendirian. Berbagai pekerjaan coba ia lakoni, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hanya saja, karena faktor kesehatan yang terus menurun, kini, ia hanya mampu melakokoni pekerjaan-pekerjaan ringan.
 “Dulu masih bisa kerja serabutan. Sekarang, aku cuma bisa menjual telur ayam kampung, ito. Telur itu aku jajakan keliling kampung, dari pintu ke pintu. Telurnya punya tetangga yang punya ternak ayam. Aku cuma menjual, ngambil untung sedikit,” sebut Lestina, yang mengaku bisa mengantongi penghasilan kotor Rp20 ribu dari jerih payahnya menjajakan telur ayam milik tetangganya. Hanya saja, tidak setiap hari ia melakoni pekerjaan ini. “Jualannya nggak tiap hari,” katanya. Kali ini, kedua bola mata Lestina mulai berkaca-kaca.
Yang membuat Lestina Nelangsa, hampir setahun belakangan, kesehatannya terus menurun. Berawal dari batuk yang tak kunjung sembuh, belakangan, Lestina bilang, ia juga didiagnosis menderita kurang darah, dan kurang gizi oleh tim medis Puskesmas Perdagangan. “Kata dokter kurang darah, kurang gizi juga selain batuk. Sudah dikasih vitamin sebenarnya, tapi, masih begini juga,” kata dia.  Kenapa sampai sebegitu parah, namboru? Ketika ditanya demikian, Lestina, sambil menyeka kelopak matanya yang mulai berair bilang,” Mau bagaimana lagi, ito? Uang Rp20 ribu sehari pasti nggak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk biaya berobat. Kalau bukan karena tetangga bermurah hati, untuk sekadar makan setiap hari juga sulit sebenarnya, ito,”.
Usai menyeruput teh hangat di gelas kaca yang disajikan Rosma br Sinaga, Lestina mengakui, meski sejatinya telah pasrah dengan kondisi yang ia hadapi, dirinya tetap mengimpikan kesehatannya bisa kembali seperti sedia kala. Ia meyakini, jika kelak ia bisa fit kembali, setidaknya, dia bisa berjuang lebih keras untuk bertahan hidup demi kedua buah hatinya. “Kepingin berobat sebenarnya ito. Tapi, mau bagaimanalah. Tapi, kalau bisa dibantu pemerintah, aku senang sekali ito,”ujarnya, dengan senyum di bibirnya.
Hidup dari Belas Kasih Tetangga
Pengakuan Lestina, bukanlah sebuah pengakuan yang didramatisir, apalagi dilebih-lebihkan. Rosma br Sinaga, pemilik rumah tempat Simantab.com bersua dengan Lestina, mengamini jika wanita itu memang hidup dalam sebuah kondisi yang benar-benar memprihatinkan. “Aihh, botou. Sedih sebenarnya kalau diceritakan. Lihat saja, rumah eda ini botou,  pasti sedih botou, ” kata Rosma, lantas menunjuk sebuah rumah tua berdinding papan, dengan lantai tanah di sebelah rumahnya. “Nggak ada lampu (PLN), nggak ada air (PLN), bahkan, kamar mandi dan wc saja nggak ada botou, kasihan!” tukasnya lagi.
Dengan penghasilan tak menentu, yang jumlahnya pun tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rosma bilang, Lestina selama ini hanya mampu pasrah hidup dari belas kasih jiran tetangga yang berempati kepadanya. Hampir setiap hari, kata Rosma, ada warga yang memberi sesuatu kepada Lestina. “Dia ini baik sekali, botou. Makanya, ada saja yang peduli. Ada yang ngasi makan, atau kadang-kadang kasih baju bekas. Kami pun di rumah ini, sering ngasi dia makan. Puji Tuhan, dia senang di rumah ini,” tutur Rosma.
Lantas, bagaimana dengan kedua buah hati Lestina? Rosma bilang, kedua buah hati wanita itu pun tidak bisa berbuat banyak untuk sekadar meringankan beban hidup wanita yang telah melahirkan mereka ke dunia. Putri tertua Lestina, kata Rosma, yang telah menikah dan menetap di Limapuluh, kondisinya pun tidak jauh lebik baik dibandingkan Lestina. Sedangkan si bungsu yang tinggal di Jakarta, masih sekolah atas bantuan salah seorang kerabat mereka.
“Tapi yang bikin kami salut, botou, walau begini kondisinya, eda Les (lestina) ini nggak pernah ngeluh sama anak-anaknya. Bagi ia, yang penting anaknya bisa mandiri suah luar biasa,” sebut Rosma, yang larut dalam emosi menceritakan derita tetangganya itu.  Rosma, bahkan sampai menangis sesenggukan.
Disinggung mengenai penyakit yang menggerogoti tubuh Lestina, Rosma, yang ditemani sang suami mengaku tidak tahu pasti apa sakit yang diidap wanita tua itu. Sebab, saat memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas Perdagangan beberapa waktu lalu, dokter hanya mengatakan jika Lestina kurang darah, dan kurang vitamin. “Kalau boleh, sebagai saudaralah, kami pun berharap eda ini bisa diperiksa benar-benar.  Karena, kami yakin sebenarnya sakitnya parah! Tapi, bagaimanalah, kami pun nggak bisa bantu banyak. Dulu aja ke Puskesmas cuma pakai BPJS,” tukasnya.
Imman Nainggolan: Kita Cek Dulu, Bang!
Mengenai kondisi rumah kediaman Lestina yang masuk kategori tak layak, karena tidak dilengkapi sambungan listrik PLN, air PDAM, dan tidak memiliki sarana MCK yang memadai, Lestina, dan Rosma mengaku, pada 2014 lalu sempat merasa senang, ketika sekelompok PNS dari Pemkab Simalungun datang, lalu memotret rumah itu, dan mengukurnya. Ketika itu, para PNS itu bilang, kediaman Lestina akan direnovasi lewat program Bedah Rumah.
“Tahun 2014 dulu udah digambar (difoto), diukur. Katanya, mau direhab. Tapi, nggak jadi juga. Entah apa penyebabnya. Padahal, berkasnya sudah dilengkapi. Ya, kalau bisa nanti direnovasi, ya, terima kasih sekali,” ujar Lestina, diamini Rosma.
Menyinggung pengakuan tersebut, Imman Nainggolan, Kepala BPMPN Kabupaten Simalungun, lewat telepon sesaat tadi mengakui jika program rehab rumah adalah program kerja di instansi yang dia pimpin. Hanya saja, mengenai pengakuan Lestina, Imman mengaku akan segera mengecek data yang ada. “Coba nanti kita cek dulu, ya. Kalau memang tertunda, kita akan cek ulang, mudah-mudahan bisa terealisasi tahun ini. Yang pasti, masalah seperti ini akan jadi atensi, sesuai arahan dari Bupati,” pungkasnya. (Win/Lud/Nas/Jerry)
http://www.simantab.com/index.php/917-hidup-sendiri-dengan-penyakit-kronis-boru-saragih-berharap-belas-kasih

No comments:

Post a Comment