Pages

Saturday 26 March 2011

Rumah Kita, Tempat Tinggal Para TKW yang Terlantar di Malaysia

Sabtu, 26/03/2011 23:27 WIB
Laporan dari Kuala Lumpur


Kuala Lumpur - Sebuah bangunan dengan pagar tinggi di salah satu jalan Tun Rajak, Kuala Lumpur, Malaysia ini menyimpan banyak kisah seputar nasib buruk yang menimpa para TKW kita di negeri Malaysia. Sebuah plakat perak bertuliskan "Rumah Kita, Kedutaan Besar Republik Indonesia", dengan lambang burung Garuda menghiasi gerbang dan pintunya.

Rumah Kita merupakan tempat tinggal sementara bagi para TKW yang sedang dirundung masalah di negeri Jiran. Kisah menyiksaan, kekerasan, sampai gaji yang tidak dibayarkan menjadi cerita dari para TKW yang berada di sini.

Sebanyak 41 TKW yang saat ini sedang menunggu proses pengadilan Jabatan Mahkamah Tenaga Kerja Malaysia, tinggal di rumah bercat krem ini. Mereka sedang menunggu proses pengadilan untuk menuntut hak-hak mereka yang tidak dibayarkan oleh majikannya.

"Baru pulang setelah gaji dibayarkan majikan. sekarang masih sidang di Mahkamah," ujar salah seorang TKW, Wati kepada detikcom di Rumah Kita, Jl Tun Rajak, Kuala Lumpur Malaysia, Sabtu (26/3/2011).

Wati sebelum tinggal di Rumah Kita, pernah bekerja sebagai PRT, namun gajinya selama 1 tahun 2 bulan hingga kini belum dibayarkan sang majikan. Wati pun kemudian mengadukan hal tersebut ke Kedutaan Besar Indonesia.

"Paspor juga tidak punya, karena diambil majikan. Tapi kalau ditanya, bilangnya paspor saya sudah hilang, jadinya saya tidak bisa pulang ke Indonesia," ujar  TKW asal Cilacap, Jwa Tengah ini.

41 TKW yang saat ini ditampung di Rumah Kita semuanya memiliki persoalan yang sama, yakni gaji yang tidak dibayar oleh majikannya. Paspor pun sebagian besar tidak memiliki karena dipegang majikan dan tidak diberikan.

Rumah Kita, tidak sekedar rumah tinggal sementara bagi para TKW yang mengalami masalah. rumah dengan halaman luas dan gaya rumah kuno ini menjadi tempat saling bertukar cerita sedih para penghuninya.

Sambil menunggu proses hukum, para TKW ini menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan di Rumah Kita. Pengajian, kursus memasak hingga kerajinan diberikan oleh kedutaan Besar Indonesia, sebagai modal keterampilan di Indonesia.

"Enak di sini, tidak disiksa, dimarahin, kita bisa ngobrol sama teman-teman. Kalau di rumah majikan, keluar rumah saja dilarang," ujar Esterambu, TKW asal NTT.

Pihak Dubes RI untuk Malaysia memang memberikan kegiatan bagi para TKW yang ditampung di rumah tersebut, selain untuk mengusir kejenuhan, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan bekal bagi para TKW di Indonesia.

Selain Rumah Kita, Kedubes RI juga memiliki Shelter khusus yang letaknya dibelakang kantor Kedutaan. Berbeda dengan Rumah Kita, shelter atau tempat penampungan tersebut diperuntukan bagi TKW yang masih menjalani proses administrasi sebelum perkaranya dilimpahkan ke Mahkamah.

"Kalau di rumah Kita mereka hanya tinggal menunggu putusan, tapi yang ditempatkan di penampungan itu untuk yang perkaranya masih belum diajukan di Mahkamah," ujar pengurus Rumah Kita, Rina.

Saat ini 45 TKW ditampung di shelter, Kedutaan Besar. sedangkan TKI pria yang mengalami masalah biasanya ditempatkan dianjurkan untuk mencari tempat tinggal sementara atau menumpang di rumah TKI lainnya.

"Kita belum ada shelter khusus pria, karena terbatas tempat. Kita tampung sementara TKI pria di tempat sopir kalau dia bermasalah soal keimigrasiannya," terang Rina.

Menurut Rina, TKI pria cenderung tidak banyak mengalami masalah seperti halnya TKW. hal ini
disebabkan, TKI pria biasa bekerja di sektor formal seperti perkebunan kelapa sawit, atau proyek pembangunan gedung yang memiliki kontrak kerja jelas.

"Kalau total TKW yang ditampung ada 86, 41 di Rumah kita, 45 di Shelter. Kalau untuk laki-laki hanya ada satu yang kita tempatkan di kamar sopir, itupun hanya soal dokumen keimigrasian, tidask ada masalah lain," terang Rina.


(her/lrn)

Hidup, Bunga, Generasi, Nikmat dan Damai...







Nikmat setelah subuh


Kehidupan