Pages

Monday 11 April 2011

AIDS pada Ibu Rumah Tangga di Kab Madiun Ditularkan Suami








Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab Madiun, Jawa timur, menyatakan bahwa ibu rumah tangga merupakan penyumbang terbesar atau mendominasi kasus HIV/AIDS di wilayah setempat (Ibu Rumah Tangga Penyumbang terbesar Kasus HIV/AIDS, www.mediaindonesia.com, 6/4-2011). Judul dan lead berita ini menyuburkan stigma (cap buruk atau negatif) terhadap ibu rumah tangga atau istri (baca: perempuan).
Judul ini mengesankan penyebaran HIV dilakukan oleh ibu rumah tangga (perempuan). Ini menyesatkan karena ibu-ibu rumah tangga justru merupakan korban yaitu tertular dari suami melalui hubungan seksual di dalam ikatan pernikahan yang sah.

Judul berita ini pun mengesankan ibu-ibu rumah tanggap sebagai mata rantai penyebaran HIV. Biar pun kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga dianggap sebagai mata rantai tapi itu hanya kepada anak yang kelak dikandungnya. Bandingkan dengan suami dari ibu-ibu rumah tangga yang terdeteksi HIV/AIDS.

Pertama, suami yang menularkan HIV kepada istrinya kemungkinan juga sudah menularkan HIV kepada pekerja seks komersial (PSK) dan perempuan lain sebagai pasangan seksnya selain istrinya.
Kedua, suami yang menularkan HIV kepada istrinya kemungkinan tertular HIV dari pekerja seks komersial (PSK) kemudian menularkannya pula kepada perempuan lain sebagai pasangan seksnya selain istrinya.
Dari dua kemungkinan di atas maka mata rantai penyebaran HIV secara horizontal di masyarakat justru lebih banyak dilakukan oleh suami (laki-laki).

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Upaya Kesehatan, Dinas Kesehatan Kab Madiun, Soelistyo Widyantono, mengatakan, Januari - April 2011 terdeteksi 14 kasus HIV/AIDS baru. Dari jumlah itu tujuh kasus (50 persen) terdeteksi pada ibu rumah tangga.

Jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sejak terdeteksi tahun 2002 sampai sekarang sudah mencpai 103 dengan 35 kematian. Bertolak dari data ini yaitu 35 kematian maka penularan HIV pada penduduk yang meninggal karena penyakit terkait AIDS antara tahun 1996 dan 2006 (Lihat Gambar).


Di bagian lain disebutkan bahwa kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada laki-laki ada lima. Bertolak dari data bahwa ada tujuh ibu rumah tangga yang terdeteksi HIV berarti ada dua ibu rumah tangga yang menjadi istri dalam kondisi poligami. Dua laki-laki yang berpoligami itu bisa saja juga sudah menularkan HIV kepada istrinya yang lain. 

Disebutkan: “Dari 14 kasus temuan baru tersebut, hampir semuanya merupakan pasangan suami istri dan memiliki riwayat bekerja sebagai TKI maupun TKW di sejumlah negara seperti Malaysia dan Arab Saudi.” Di dua negara itu kasus HIV/AIDS banyak dilaporkan. Arab Saudi, misalnya, sudah melaporkan lebih dari 15.000 kasus AIDS, sedangkan Malaysia sudah melaporkan 40.000 lebih kasus HIV/AIDS
Disebutkan pula: “ …. para ibu rumah tangga ini terinfeksi HIV akibat ulah dari suaminya yang tidak setia pada satu pasangannya dan pergaulan bebas yang bersangkutan selama bekerja di luar Kabupaten Madiun, baik bekerja di kota besar maupun di luar negeri sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) atau tenaga kerja wanita (TKW).” Ini tidak akurat karena bisa saja TKI atau TKW tertular di wilayah Kab Madiun.
Seseorang tertular HIV melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, dalam berita ini disebut ‘pergaulan bebas’ tapi karena kondisi hubungan seksual (salah satu dari pasangan tsb. mengidap HIV dan laki-laki tidak pakai kondom).

Menurut Soelistyo, pihaknya telah bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk memberikan penyuluhan kepada para calon TKI tentang bahaya penyakit HIV/AIDS.
Persoalannya adalah: Apakah materi penyuluhan yang (akan) diberikan kepada calon TKI/TKW akurat? Soalnya, dikhawatirkan yang diberikan bukan cara-cara pencegahan yang konkret, tapi wejangan dengan materi moral dan agama.
Misalnya, seorang TKW diperkosa. Apa cara yang bisa dilakukan oleh seorang TKW agar terhindar dari HIV?

Begitu pula jika seorang TKW dijadikan ‘istri’, apa yang harus dia lakukan agar terhindar dari risiko tertular HIV?

Jika informasi yang disampaikan tidak memberikan ‘senjata’ bagi TKW untuk melindungi dirinya agar tidak tertular HIV, maka selama itu pula TKW asal Kab Madiun akan riskan tertular HIV. Pemkab tinggal ‘menuai’ hasil yaitu ledakan AIDS. ***

Ditemukan 14 Penderita HIV/AIDS Baru di Madiun

TEMPO Interaktif, MADIUN - Selama Januari sampai awal April 2011 sudah ditemukan 14 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Bahkan salah seorang diantaranya yang masih berusia empat tahun dinyatakan positif menderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

 Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Upaya Kesehatan (P2UK) Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun Soelistyo Widyantono menjelaskan, penderita dibawah usia lima tahun itu terjangkit sejak dalam kandungan ibunya yang juga terkena HIV. Ayahnya pun menderita penyakit yang sama.

”Temuan pasangan suami isteri dan anaknya itu pada akhir Maret 2011 lalu,” kata Soelistyo, Kamis, 7 April 2011.

Temuan balita yang positif AIDS, menurut Soelistyo, merupakan kasus pertama di Kabupaten Madiun.

Balita tersebut diketahui positif HIV/AIDS setelah menderita sakit kronis saat tinggal dengan kakeknya di Kabupaten Madiun.

Sang suami diketahui pernah bekerja di luar kota dan diduga menjadi penular HIV. Hingga saat ini pasangan suami isteri tersebut terus menjalani pengobatan dengan obat Antiretroviral (ARV) berbentuk pil untuk menghambat replikasi atau reproduksi virus.

“Perawatan suami isteri, juga balitanya dilakukan di rumah. Dijaga kesehatan dan lingkungannya agar tidak terjangkit penyakit yang bisa memperparah kondisinya,” papar Soelistyo yang juga Sekretaris II Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Madiun ini.

Soelistyo mengakui, belum ada obat ARV khusus untuk balita tersebut.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun menyebutkan sejak 2002 hingga awal April 2011 terdapat 103 kasus HIV/AIDS. Sebanyak 35 orang di antaranya meninggal dunia.

Dari 103 kasus tersebut, sebanyak 55 persen adalah ibu rumah tangga yang tertular dari suaminya.

Sedangkan kelompok beresiko lainnya antara lain lelaki yang suka berganti pasangan, wanita pekerja seks (WPS), tenaga kerja di luar kota atau luar negeri, pengguna narkoba dengan jarum suntik atau Inject Drug User (IDU), waria, gay, dan sebagainya.

Direktur Program Yayasan Bambu Nusantara perwakilan Madiun Andrianus M. Uran menambahkan saat ini ada perubahan trend kelompok beresiko yang paling rentan. “Kalau dulu IDU paling rentan dan sekarang yang mendominasi adalah mereka yang heteroseksual, baik lelaki atau wanita yang suka berganti pasangan,” ucapnya.

Yayasan Bambu Nusantara termasuk dalah satu lembaga swadaya masyarakat yang aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS dan pendampingan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

“Selain concern mendampingi WPS di lokalisasi, kami juga concern mendampingi kalangan remaja yang aktivitasnya rentan tertular HIV karena free sex dan mendapat kekerasan seksual,” tutur Adrianus. ISHOMUDDIN.

Duh.. TKW Mati Kena AIDS

Selasa, 05 April 2011 13:16:22 WIB
Reporter : Yatimul Ainun

Malang (beritajatim.com) - Nasib sial menimpa Windarti (33) bekas Tenaga Kerja Indonesia di Hongkong. Dia meninggal dunia akibat positif terinveskti penyakit HIV. Kini jenazah Windarti masih dalam proses pemulangan ke Kota Apel Batu.

Kabar tersebut diketahui setelah pemerintah Kabupaten Malang, menerima surat melalui faksimil dari kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hongkong yang ditujukan kepada Bupati Malang.

"Kami menerima surat ini dari KJRI Hongkong yang ditujukan kepada Bupati Malang. Mungkin dikira Batu itu masuk wilayah Kabupaten Malang," kata salah satu pegawai Humas Pemkab Malang kepada beritajatim.com, Selasa (05/04/2011) pagi sembari menunjukkan surat tersebut.

Menurut pria yang enggan disebutkan namanya itu, surat tersebut akan dikirimkan ke Walikota Batu agar pihaknya yang memberi tahu kepada pihak keluarga korban. "Untuk mempersiapkan segala sesuatunya menyambut kedatangan jenazah yang akan dipulangkan dari Hongkong," katanya.

Dalam surat tersebut, tertulis, korban tinggal di Jl Diran, Gang 2 No 82, RT 05 RW 02 Kota Batu. Almarhum Windarti adalah anak pasangan Sudarsosno dan Yatik. Pihaknya menjadi TKI melalui PT Palmboyan Gemajasa. Agency di Hongkong atas nama Yuk Fai Hongkong.

Perempuan pemilik nomor paspor AB 299712 itu diketahui positif mengidap penyakit HIV setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter di Rumah Sakit Princes Margaret Hospital Word E5 Bed 9 Hongkong.

Suami dari Purnomo itu dirawat di RS tersebut selama 3 bulan lamanya. Namun, akibatnya penyakitnya yang sudah kronis, perempuan yang lahir pada 16 September 1978 itu tak bisa diselamatkan. Dia menghembuskan nafas terakhirnya pada Sabtu 2 April 2011 lalu, sekira pukul 11.35 waktu setempat.

Hingga kini pihak keluarga masih menunggu pemulangan jenazah Windarti dari Hongkong. Pihak keluarga masih enggan memberikan keterangan kepada awak media. Keluarga masih dalam syok.

"Maaf mas, keluarga masih syok. Tak bisa ditemui dan tak bisa diajak bicara. Apalagi suaminya," kata salah satu pihak keluarga yang enggan disebutkan namanya.

Surat bernomor BB-145/Hongkong/IV/2011, yang dikirim melalui faksimil itu ditanda tangani oleh Hari Budiarto Acting Konsulat Jenderal RI di Hongkong dan Konsulat Muda Konseler Martin Madyantoro. Surat dibuat sejak 4 April 2011 dan ditujukan kepada seluruh badan terkait soal TKI di Indonesia. [ain/but]

Bentelu: Berantas Penyebaran HIV AIDS

Ivone Bentelu, anggota komisi IV DPRD provini Sulut menegaskan bahwa HIV AIDS harus diberantas. Pernyataan tersebut disampaikan terkait kecendrungan peningkatan penderita HIV AIDS di Sulut.
"Program penanggulangan HIV AIDS terus dilakukan, mengingat meningkatnya penyakit tersebut di Sulut," ujar Dr. Ivone Debby Bentelu kepada beberapa wartawan di ruang kerjanya, Jumat (14/01).

”Memang, seluruh dunia selalu waspada terhadap penyakit HIV AIDS, dan terus mencari obat untuk menyembuhkannya. Untuk itu, DPRD Sulut membuat suatu program dalam menjaring orang-orang yang telah terinfeksi agar bisa diambil langkah-langkah pencegahan penyebaran” Jelas Bentelu.

Lebih lanjut Dr. Ivone, panggilan akrabnya mengatakan bahwa rogram program penjaringan dilakukan untuk mengumpulkan semua orang yang terjangkit penyakit HIV AIDS di Sulut dan dirinya memohon agar masyarakat harus membantu menyukseskan program dimaksud agar penyebaran HIV AIDS bisa diberantas.

"Jika ada yang terjangkit penyakit tersebut, langsunglah diberi tahu ke rumah sakit terdekat, karena harus diingat bahwa penyakit tersebut bisa disembuhkan jika masih status HIV dan belum dikategorikan AIDS," ingatnya.

Untuk menyukseskan program ini hanya dibutuhkan mengumpulkan sebanyak mungkin orang yang terjangkit penyakit HIV AIDS," pungkas Bentelu.
(ndo/red)
 
Penulis: Nando
Editor: Redaksi SuaraManado.com

Arifinto Dipecat dari Anggota Dewan Syura PKS






Jakarta - Arifinto, anggota Fraksi PKS yang kepergok menonton video porno saat rapat paripurna, diberhentikan dari keanggotaan Dewan Syura PKS (DSP). Arifinto juga harus melakukan taubat nasuha (taubat yang murni).

Pemberhentian Arifinto tercantum dalam poin ketiga hasil rapat Dewan Syari'ah Pusat PKS yang digelar pada Minggu 10 April 2011 pukul 20.00-23.00 WIB.

Hal ini disampaikan Ketua DSP PKS, DR KH Surahman Hidayat MA, dalam rilis kepada detikcom, Senin (11/4/2011).

Poin-poin tersebut berisi:

1. Meyakinkan yang bersangkutan agar dengan sukarela mengundurkan diri sebagai anggota DPR RI.

2. Melakukan taubat nasuha:

a. Membaca istigfar minimal 100 kali selama 40 hari
b. Membaca Al Quran minimal satu kali khatam dalam jangka 30 hari
c. Bersedekah kepada 60 orang fakir miskin
d. Meminta taushiah kepada ketua Dewan Syari'ah Pusat selaku Mufti PKS.
e. Meminta maaf kepada seluruh kader, simpatisan, konstituen dan anggota DPR RI serta masyarakat.

3. Diberhentikan dari keanggotaan majelis syura PKS periode 2010-2015.

(aan/fay)


Elvan Dany Sutrisno - detikNews

Pemilukada Berakhir Rusuh, Diduga Massa yang Kalah Ngamuk

Chaidir Anwar Tanjung - detikNews

Pekanbaru - Hasil penghitungan suara Pemilukada di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau berakhir dengan rusuh. Aksi brutal merajalela, bom molotov dilempar ke sejumlah rumah pejabat serta satu gereja dibakar.

Pelakunya diduga massa dari pihak yang tidak mau menerima kekalahan dalam Pemilukada. Situasi di Kota Talok Kuantan, ibukota Kuansing sampai sore ini masih mencekam.

Lebih dari 500 orang sejak siang tadi mengerumuni kantor KPUD setempat. Mereka menunggu hasil sidang pleno yang dilakukan KPUD yang akhirnya memenangkan pasangan Sukarmif dengan Zulkifli dari pasangan lainnya Mursini dan Gumpita.

Massa yang diduga pendukung Mursini ini marah dengan melempari batu ke kantor KPUD. Aksi brutal massa sempat dihadang personel Polres setempat dibantu 170 personel Brimob Polda Riau. Sempat terjadi bentrok dengan polisi dan massa.

"Kantor KPU dilempari dengan batu oleh massa dan merusak sejumlah kaca-kaca di kantor tersebut," kata Kapolres Kuansing AKBP Restiawan saat dihubungi detikcom, Senin (11/4/2011).

Menurut Restiawan, massa saat ini berkumpul di rumah Mursini di Kota Talok Kuantan, sekitar 170 Km dari Pekanbaru. Masih menurut Restiawan selain merusak kantor KPUD, massa juga merusak pos Dinas Perhubungan yang berada di Terminal. Selain itu massa juga melempar bom molotov ke rumah Ketua KPUD Firdaus Umar serta rumah sejumlah pejabat teras Pemkab Kuansing.

"Namun bom molotov itu tidak sempat membakar rumah pejabat," imbuh dia.

Selain itu Restiawan menjelaskan juga diketahui satu bangunan gereja dibakar massa dan kondisinya saat ini hangus dan rata dengan tanah.

"Sejauh ini memang belum ada pihak yang kita tangkap. Kita masih melakukan pengejaran, kepada mereka yang melakukan pengerusakan tersebut. Kita juga lagi meminta bantuan 1 kompi lagi dari Brimob Polda Riau," tandas Restiawan.

(nwk/fay)