Pages

Tuesday 24 January 2017

IPB Tawarkan Konsep "Water Sensitivie City" Pada Kota Bogor

Suara.com - Mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB menawarkan konsep Kota Bogor menuju kota yang sensitif air atau "water sensitive city" melalui hasil kajian manajemen kawasan sepadan Sungai Ciliwung.
"Seperti biasa setiap akhir semester, mahasiswa senantiasa menyampaikan hasil kajiannya kepada Pemerintah Kota Bogor, tahun ini topiknya 'urban water' dengan konsep kota yang sensitif terhadap air," kata Prof Hadi Susilo Arifin, dosen pembimbing Mahasiswa Arsitektur Lanskap dalam publikasi hasil kajian di Balai Kota, Senin (23/1/2017).
Hadi menjelaskan, ada dua topik kajian yang dilakukan mahasiswanya, yakni revitalisasi Pulo Geulis dan "River Front Delta" untuk menjadikan salah satu ikon baru Kota Bogor.
Kajian ini berangkat dari persoalan yang terjadi saat ini, krisis air dan ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk di kota. Bogor sebagai salah satu kota besar di Indonesia termasuk dalam kota dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut hasil kajian, pendekatan konsep "water sensitive city" dalam penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka merupakan upaya meningkatkan kualitas fungsi ekologi, sosial budaya dan estetika pada ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru di Kota Bogor.
"'Water sensitive city' memiliki kekuatan fokus pada penghargaan dan aktualisasi diri secara sosial, dapat menjadi kontributor kuat pada pertumbuhan kebutuhan sosial," kata Hadi.
Hadi menambahkan, kajian yang dilakukan mahasiswanya didukung oleh riset-riset yang sedang berjalan di bawah manajemen Australia Indonesia Centre (AIC) sejak awal tahun 2016.
Tapak kajian kasus pengembangan kawasan ekologi menuju Bogor sebagai kota sensitif air adalah Pulo Geulis di sebelah selatan Kebun Raya Bogor dan sempadan Sungai Ciliwung yang berada di timur Kebun Raya Bogor.
Tujuan kajian tersebut merevitalisasi lanskap Pulo Geulis dan mengusulkan pembuatan "promanade" di sisi Sungai Ciliwung yang melintas di Kenun Raya Bogor.
"Harapan kami kajian ini menjadi kontribusi IPB bagi pembangunan di Kota Bogor," katanya.
Dalam kajian tersebut, mahasiswa Arsitektur Lanskap IPB menyampaikan secara detil gagasan hipotetisnya mulai dari potensi dan kendala yang ditemukan, alternatif solusi, penataan sepadan Sungai Ciliwung Kebun Raya Bogor meliputi pembuatan "promenade", "net trash trap", pertunjukkan kesenian budaya dan aksi kegiatan bersih Sungai Ciliwung.
Mahasiswa juga menyusun rencana anggaran biaya untuk setiap alternatif solusi yang disarankan berupa anggaran secara kasar atau umum. Untuk membangun rumah susun dalam rangka revitalisasi Pulo Geulis diperlukan biaya Rp73.626.660.000 dan pembangunan promenade sebesar Rp5.705.207.196.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengapresiasi kajian yang dilakukan oleh Mahasiswa Arsitektur Lanskap Kota Bogor yang secara rutin setiap tahunnya menyampaikan gagasannya untuk membantu pembangunan kota.
"Apa yang dirancang mahasiswa IPB sejalan dengan impian Kota Bogor menjadi kota yang ramah lingkungan dan bersih dari sampah di sepadan sungai," kata Bima.
Bima sangat menyukai gagasan pembuatan "promenade" di pinggir Sungai Ciliwung, yang sejak awal sudah dirancang olehnya untuk menjadikan sungai sarana transportasi masyarakat baik dalam berwisata.
"Ada tiga hal yang menjadi catatan kita terkait gagasan ini, adalah alokasi anggaran, sosial budaya dan keamanan, karena Sungai Ciliwung juga membelah Istana Bogor, faktor keamanan juga perlu diperhatikan," katanya. (Antara)
http://www.suara.com/bisnis/2017/01/24/063740/ipb-tawarkan-konsep-water-sensitivie-city-pada-kota-bogor

1251 Peserta Lomba Puisi Tema Perdamaian, PCINU Maroko


Assalamualaikum...
Kami dari Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko khususnya dari Lesbumi NU Maroko yang bekerjasama dengan LTNNU Maroko mengucapkan ribuan terima kasih atas respon dan partisipasi para peserta dalam mengikuti 'Sayembara Puisi - Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia' dalam rangka menyambut Harlah Nahdlatul Ulama yang ke-91. 31 Januari 2017.
Pemenang Sayembara akan diumumkan tepat di Harlah NU ke-91. 31 Januari 2017.
Dan total peserta yang berhasil kami terima -sesuai format pengiriman di E-mail spnpcinumaroko@gmail.com- sampai hari terakhir dengan jumlah "1251 Peserta"
Sebagai berikut:
1. ‘Alimatun Sadiah, Jakarta – Bola Mataku, Puing Refleksimu
2. A’izzatul Af’idah, Malang – Tak Mengapa
3. Aan Wahyudinata, Sidoarjo - Damailah Langit dan Bumiku.
4. A. Helmy, Sumenep – Amanat Prikemanusiaan
5. A. Rosidi, Yogyakarta – Suatu Hari yang Kunanti
6. A. yaqin Mahani, Sumenep – Gradian Perdamaian
7. Abi Tholib Norcahyo, Yogyakarta – Ketika Kegundahan Menjadi Lega.
8. Abd. Rasyid, Sumenep – Bukan Satu Warna.
9. Abd. Warits, Sumenep – Kembali Ke Rahim Hawa.
10. Abdhi Gusti Illahi, Jombang – Preman.
11. Abdul Aziz, Bondowoso - Bacalah.
12. Abdul Baqi Rahman, Sumenep – tentang Sebuah Keramaian.
13. Abdul Bari, Madura – Roh Adam.
14. Abdul Ghoni, Kendal – Basah Kering.
15. Abdul Hakim, Madiun – KITA ADALAH ANAK CUCU ADAM
16. Abdul Warits, Sumenep - Kelulus
17. Abdullah Azam Mustajab, Demak – Dengan Tahlilan.
18. Abdurrohman Al Chudzaifi, Gresik – Lukisan Kedamaian.
19. Abilanglang Zuhdo, Pasuruan – Sadar.
20. Abu Hasan, Tulungagung - Kita.
21. Abu Rizal Fikri, Banten – Sajak Penyejuk Pilu
22. Abu Wafa, Surabaya – Barisan Pohon di Tepi Jalan
23. Achmad Fathoni, Malang – Yang Mana Lagi (ditanah ini)
24. Achmad Abdul Aziz, Lamongan - Sedarah.
25. Achmad Kafi Nugraha, Palembang - Derita Seorang Anak Kecil Korban Peperangan.
26. Achmad Muchammad Kamil, Surabaya - Untukmu.
27. Ade Cahya Putra, Bojonegoro – Tentang Tuhan Dan Gadis Kecil Yang Bertanya.
28. Ade Ega Vernanda, Batang – Lagu Perdamaian.
29. Ade Lisna, Tasikmalaya – Pesan Damai Dari Tanah Aleppo.
30. Adela Eka Putri, Padang – Kesatuan Perbedaan.
31. Adelia Fadillah Purwianto, Probolinggo – Mari Bergenggaman.
32. Adelia Rahma Santoso, Surabaya – Menjawab pertanyaan-pertanyaan Adik
33. Adi Pramudiana, Yogyakarta – Denting Kedamaian.
34. Adi Prasatyo, Tangerang – Lirik Lagu
35. Adi Purnomo ,Purwokerto - Kepada
36. Addinda Ayu Arsyah, Tangerang - Pesan Perdamaian.
37. Adinda, Semarang - Genggaman Perdamaian.
38. Adinda Yoppyi, Sidoarjo - Deologi Nurani.
39. Adining Ajeng, Bandung - Haus.
40. Aditya Ronafani, Probolinggo - Kita Manusia.
41. Adji G Rinepta, Semarang -Hey! Lihatlah Mereka!
42. Adjie Setiawan, Jakarta - Pesan Dari Hati Yang Terlanjur Pilu.
43. Adnan Wahyudi, Yogyakarta – Rindu Rumah Tuhan.
44. Aegis Widyanto, Malang – Cerlang Banyang Dedamaian
45. Afandi, Sumenep - Perkenankan Aku Mengingatmu.
46. Agnes Ardini Rahajeng, Malang – Yang Katanya Manusia.
47. Agung Prasetyo, Kediri – Kubah Dibawah Tirani
48. Agung Wibowo, Paris – Biarkan Saja Perang
49. Agus Salim Nur, Sumenep – Fragmen-fragmen Dalam Layar.
50. Agus Setiawan, Semarang – Perdamaian Untuk Kebahagiaan.
51. Agustina Dewi, Jember – Antara Perempuan Dan Perdamaian.
52. Ahmad Abdul Qodir Bin Ali Hasan, Banyuwangi – Sahabt Sejati.
53. Ahmad Afifuddin Fajrin, Lamongan - Rintihan Perdamaian.
54. Ahmad Alfarizy, Bulkumba – Lantunan Nirmala Dibalik Menara.
55. Ahmad Al Jilany Akbar, Depol – Ironi Duniaku
56. Ahmad Athoillah Brilliawan, Pasuruan - Dala Tralala.
57. Ahmad Bakri, Karawang – Mengukir Damai di Tepi Langit
58. Ahmad Farid Yahya, Lamongan – Air Wudlu Yang Keruh.
59. Ahmad Faris Al-Mubarok, Jember – Apapun Itu, Adalah Aleppo.
60. Ahmad Fariski, Nganjuk – Perang Saudara.
61. Ahmad Fatah Kumara, Yogyakarta – Sudut Sekarang Atau Entah Kapan
62. Ahmad Fauzi, Kebumen – Pantaskah Kita Bermusuhan
63. Ahmad Khalwani, Semarang – Damai Itu Sederhana
64. Ahmad Manshur Shofi, Jepara – Kamusku.
65. Ahmad Muhli Junaidi, Sumenep - Pesan Damai Untuk Dunia.
66. Ahmad Nur Muzayyin, Bondowoso – Tarian Kehidupan.
67. Ahmad Saiful Mujab, Batang – Negeri Permata Mulia.
68. Ahmad Sholahuddin, Bojonegoro – Duniaku Serupa Duniamu
69. Ahmad Syafii, Pati – Mungkinkah.
70. Ahmad Syaiku Aziz, Malang – Solusi Macet.
71. Ahmad Syauqi, Jakarta – Hai Kawan!
72. Ahmad Syauqi Budairi, Demak – Lebih Baik Hidup Mesra Dan Berdamai Saja
73. Ahmad Syauqi Sumbawi, Lamongan – Pesan Damai Di Halaman Kitab Suci.
74. Ahsanul Fiqri, Tegal - Ketika Semut Tak Lagi Berkoloni.
75. Aifatul Mufarida, Jombang – Untuk Apa.
76. Ainun Auliyah Makassar – Luruh Tangis Ibu Pertiwi.
77. Ainun Kholbi, Demak Perbedaan Simbol Persatuan.
78. Aisyah Mumary S, Yogyakarta – Mengipas Pedih Kehidupan.
79. Ajen Jaenudin, Bekasi Kota – Arti Perdamaian.
80. Ajeng Nirmala, Malang – Sajak Islam Untuk Mereka.
81. Ajeng Okviayana Wati, Sukabumi – Kita Satu.
82. Aji Pangestu, Pati – Menghargai Atau Mati.
83. Aji Rais, Solo – Damai Biru Dunia.
84. Ajiani, Pontianak – Mari Berdamai.
85. Ajis Sukriyadi, Brebes – Orasi Tahun Waktu
86. Akbar Dewantoro, Palembang – Sejuta Merpati.
87. Akhmad Helman, Sumenep – Mutiara Damai
88. Albertus Faizin S, Pamekasan – Surat Dari Tanah Garam
89. Alfan Shidqon, pamekasan – Mebaca Kisahmu Kembali
90. Al Izhar, Makasar - Sajak Mihrab Dan Magrib.
91. Al-Fanny Apriliani Nurma Wati, Pasuruan – Tangisan Kami.
92. Alek Brawijaya, Teluk Kijing SumSel – Cahaya Dalam Debu.
93. Alfi Khorunnisa’, Pasuruan – Waktu Tak Bermata
94. Alfiah Khairiatul Fikri, Tangerang – Untuk Kalian.
95. Alfian Arganata, Jawa Timur – Berbeda Beda Tetapi Tetap Satu.
96. Alfian Dippahatang, Makassar – Rubaiyat Bismillah.
97. Alfira Hussein, Palembang – Grup WA Kami Diserang Kelompok Takfiri.
98. Ali Kaharu, Gorontalo – Tanah Ini Masih Berdiri.
99. Ali Ridho, Probolinggo – Wasiat Untukmu.
100. Alif Mohammad Gandi, Sumenep – Pesan Untuk Saudaraku.
101. Alisya Dwi Anggraini, Tulungagung – Alamku Menjerit.
102. Alivia , Surabaya – Kini Yakin
103. Alma Nisaa R, Bogor – INDONESIA HARI INI
104. Alma’ruf, Purbalingga – memaut Syahdu yang Berserakan
105. Alodia Jovita, Semarang – Semoga Doa Kami Mencapai Anda Semua.
106. Alunk Estohank. Yogyakarta – Malam Penuh Cinta.
107. Alfi hafidh Ishaqro, Madiun – Papua oh Papua
108. Alvi Darojaturrois, Semarang – Pesan Damai Sang Mentari.
109. Alvi Lailatil Qodriatus Sholihah, Trenggalek – Dengarkan Petuah Lama.
110. Alvi Muhammad, Tembilahan Riau – Dialog Perdamaian.
111. Alvian Wardhana, Banjarmasin – Pesan Damai Untuk Tanah Air Mata Ketidakadilan.
112. Alvian Zaenal Ansori, Jember - Katanya Beriman.
113. Alvina Nurul, Banyuwangi – Suara Tanpa Otak
114. Alvita Zerlinda, Surabaya – Atas Nama Manusia.
115. Amadda Ilmi, Madiun – Perdamaian Bukan Dalam Naungan Ilusi.
116. Amalia Nur Azizah, Sumedang – Air Mata Damai
117. Amar Ma’ruf Panunggal Jati, Yogyakarta- Dibalik Kaca Jendela
118. Amelia Solekha, Depok - Kohesif Perdamaian.
119. Amelian Novitasari, Magetan – Warisan Untuk Anak Cucu Kita
120. Aminatun Nisa Aulia, Indramayu- Senyum Yang Hilang
121. Aminuddin S Gadi, Sumba NTT – Tuhan, Ajar Kau Berdamai.
122. Amri Mujahid, Yogyakarta - Dengan Cinta Semua Bisa.
123. Ana Paran, Tosari – Juru Damai
124. Ananda Putri, Malang - Hibernasi Dewi.
125. Anang Rahman, tanjungpinang - Manusia
126. Anatus Solehah, Banyuwangi - Sajak Ungkapan Seruan.
127. Andika faris. M.Sn, Pamekasan – RAHMATAN LILALAMIN
128. Andhika Pratama, Jakarta Pusat – Kapal Karam.
129. Andi Saputra, Yogyakarta – Dunia Tanpa Cinta
130. Andini Khoerunnisa, Bekasi – Nasihat Syahdu.
131. Anggia Septiani, Bandung - Bebas.
132. Anggi Gilang, Bogor – Seruan Perdamaian.
133. Anggi Nindia Putri, Surakarta – Kinayat tuhan
134. Anindya Dyah Zhafarina, Jakarta - Thohir.
135. Anisa Dwi Yanti Rahayu, Karanganyar - Bertatap Muka.
136. Anisa Nurfitria, Tasikmalaya - Peran Terlupakan.
137. Anisa Rahayu, Bandung – Tombak Hati.
138. Anisa Rahmawati ,Pekalongan – Pesan Seorang Pahlawan Kepada Bangsanya
139. Anis Puji Rahayu, Pekalongan – Warna.
140. Anis Samara, Yogyakarta – Filosofi Dandelion Untuk Manusia.
141. Anita Bungaria, Jambi – Tali Kendali.
142. Annisa Achmaria, Jakarta – Perihal Gugus Pada Titik.
143. Annisa Risqi Hapsari, Semarang – Mentari dan Bintang
144. Annisa Zahra Kawitri, Jakarta – Kompas Di Pinggir Sungai.
145. Annisah Nurrahmatillah, Cirebon – Mari Berangkulan
146. Anny Rachmawati, Yogyakarta – Waktuku Damai Untukmu
147. Anshari Al Ghaniyy, Bekasi – Sepeluk Puisi.
148. Anton Setia Budi, Malang - Risalah Sang Pelangi.
149. Anton Wahyudi, Sidoarjo – Damailah Langit Dan Bumi.
150. Anu’ma Syifaus Safa’ah, Wonosobo – Tak Berpihak Memihak
151. Anung Setyo Anggoro, Yogyakarya – Sebuah Perjamuan Damai
152. Anusa Zumran, Sigi – Hilang Bersama Tenggelamnya Sang Mentari.
153. Anwar Sehhudi, Wonogiri – Bicaralah Dengan Hati
154. ApepWahyudin, Sumedang – Kapok Sudah Mati.
155. Apito Lahire, Tegal -Tuhan Manusia
156. Apriliani Rahmalilla, Dompu NTB – Semesta memberontak.
157. Ardi Birawanata, Riau – Mmm Tuhan.
158. Arfian Rizky Pratama, Kediri – Puisi Ayah Dari Lebanon.KEMBALILAH
159. Ari Ardiansyah, Sidoarjo -
160. Ari Anggara, Bali – Masihkah Aku Manusia ?
161. Ari Gemilang, Bekasi – Perjalanan.
162. Ari Ardiansyah, Sidoarjo - KEMBILILAH
163. Arief Rahmanto, Kulon Progo – Pada Kata-Kata Yang Terucap.
164. Arif Hidayat, Bengkulu – Pesan Dari Dinding.
165. Arif Hidayat, Sumenep – Inilah Saatnya
166. Arif Hukmi, Makassar – Air Mata Aleppo.
167. Arina Al-Ayya, Trenggalek – Kabar Dari Negeri Seberang
168. Arina Millati, Jepara- Pesan damai
169. Arini Putri Hidayati, Yogyakarta - Terompet Anti Anarkis.
170. Arini Veradiani, Palembang – Dua Tubuh.
171. Arisandi Wafa Pratama, Batu - Saudaraku.
172. Aristya Shinta Septavy, Guluk – Guluk – Perdamaian Yang Tak Akan Abadi.
173. Arival, Cianjur – mata kecilku
174. Army Iswandani, Pasuruan – Dunia Yang Tertelan.
175. Arrial Thoriq, Malang – Aku Dan Kedustaanku.
176. Asep Suhendar, Bandung - Terawangan.
177. Asih Lestari, Wonogiri – Rindukan Bahagia
178. Asnia rahma Leniati, Pekalongan – Tak Cukup Dua Jari
179. Asrofi SF, Sumenep – Surat Kabar Terkini.
180. Asty Wally, Ambon – Berbeda Tapi Bersama
181. Atika Suri, Bekasi – Logika Sederhana
182. Atiqoh Alwaliyah, Tangerang Selatan – Merah Darah Memelan Tinta Hitam.
183. Atmadiah Nur, Pontianak – Impian Surga Di Dunia.
184. Aulia Karisma Damayanti, Trenggalek – Rytme Bangsa.
185. Auliatul Jannah, KalSel – Nada Dunia.
186. Awwalia Putri Adira Kusumawardani, Yogyakarta – Kiamat Bukan 2012.
187. Ayu Dyah Ariwedari, Kediri – Apa Yang Kau Sebut Damai.
188. Ayunda Amaliyah, Serang – Sapu Lidi Untuk Indonesia.
189. Ayu Pramita, Kisaran Asahan – Mencari Semboyan.
190. Ayu Wulan Suci, Sidoarjo – Kemarahan Tuhan
191. Azhar Kurniawan, Tangerang Selatan – Berdamailah Manusia !.
192. Aziel Az-zahra, Lamongan - Kita Saudara
193. Azis Firto, Sumenep - Lelah.
194. Azis Iskandar Syah, Bekasi – Musyrif Perdamaian
195. Azis Nugroho, Semarang – Skenario di balik fakta
196. Aziz, Tegal – Pesan dan Boneka
197. Azizi Sulung, Sumenep – Rubaiat Burung-Burung Merpati
198. Azriel Wicaksono, Tangerang – warna warni Kehidupan
199. Azwar Kaminari, Bontang – Harap Dalam Wujud Ku
200. Azza Ardanisa, Cimahi – Suara Dan Penjahat.
201. Azzahro Khulaifah, Pasuruan – Filosofi Rantai Negeri.
202. Badrus Sholeh, Sumenep – Pesan Singkat Dari Negri Dongeng.
203. Badruz Zaman, Sumunep Surat Dari Tanah Kelahiran.
204. Bagas Wipraba, Gowa – Api Yang Terlelap
205. Bagja Riyanto, Tegal – Apa Susahnya Berdamai.
206. Bagus Audi Ahmad, Semarang - Salam, Damai Sejahtera.
207. Bagus Rachmat Saputra, Nganjuk – Berdamailah dengan Jiwa.
208. Bagus Rizki Triyadi, Cilacap – Gelap Dan Buah Jendela.
209. Bagus Satria, Pati - Naungan Garuda.
210. Bahak Husaeyni, jombang – Cermin Perdamaian
211. Bahriannor, Banjarmasin – Damai Negriku.
212. Bahruddin Baihaqi, Jenjam Bibir Hati
213. Bangkit Prayogo, Bangkalan – Tak Ada Langit Berbicara.
214. Barkah Ramadhan, Yogyakarta – Di Tepian Lautmu
215. Bekti Utami, Cirebon – Kepingan Penyesalan Yang Terhenti.
216. Bella Eka P, Tegal - Pesan Damai Untuk Saudara-saudaraku.
217. Beni Setia, Madiun - Puisi Akhir Tahun.
218. Bening Kartika, Yogyakarta – Kau Anggap Apa
219. Beta Pujangga Mukti, Yogyakarta - Pesan Tuhan Untuk Menjaga Kedamaian.
220. Beto Eka Junianto, Pasuruan - Damai Dalam Filosofi.
221. Bibi Sugiaswati, Sidoarjo – Damailah Dunia.
222. Bienue Adamue, Riau – Hikayat Manusia
223. Bima Gofarali Roby, Yogyakarta – Untuk Manusia Bodoh.
224. BJ. Akid, Sumenep -
225. Boby, Sokaraja – Satu Jiwa.
226. Boby Julianto, Medan – Matahari Meledaklah
227. Budianto Sutrisno, Jakarta - Damai Di Bumi, Tenteram Di Hati.
228. Budi Rahmah Panjaitan, Medan – Sebait Pesan Penghalau Perpecahan
229. Bunga Citra Perdana, Malang – Elegi Merpati
230. Busrol Hakim, Bondowoso – Hijaiyah.
231. Cahyaningtyas Ratna Ningrum, Balikpapan – Dari bocah berpeci putih tuk pemangku negeri
232. Carolina, Cileungsi - Gencatan Senjata.
233. Caroline, Jakarta – Mimpi Seorang Kecil.
234. Catur Maulana, Banyumas – Tekad Tuk Hijrah.
235. Cepi Sobarna Adhari, Sukabumi - Kasih Sayang.
236. Chairun Nisa, Bondowoso – Daripada Bertikai
237. Chandra Wulan – Damai Itu....
238. Choirotun Nikmah, Blitar - Biarkan Cinta Yang Bertahta.
239. Cici Nurhidayati, Yogyakarta – Siapakah Aku Ini?
240. Citra Santri Karima, Bengkulu – Ku Ketuk Hatimu Melalui Sajak Ku
241. Citra Wulan Sari, Ponorogo – Seuntai Pesan Untuk Umat.
242. Clorinda, Wonosobo - Nyata
243. Crismiati, Trenggalek – Air Mata Pujangga.
244. Cut Januarita, banda Aceh – Jiwa-jiwa
245. Daawii M.M, Jambi - Sajak Untuk Dalang.
246. Dadang Ari Murtono, Mojokerto – Sabarudin Dan Tambak Beras.
247. Daisar Rahman, Pamekasan – Suara Dan Bayangan.
248. Dalail Nazilarahma, Bandung – Untuk Pemimpin Bumi.
249. Dalminto , Yogyakarta – Tentang Negeri Ini
250. Dani Ari Saputra, Jember – Kepulan Asap Rokok Perdamaian Menuju Istana.
251. Dandy Ashghor Dawudi, Tebuireng Jombang – Menanting Instrumentasi Negeri.
252. Dara Qaisara, Jakarta – Seriliku.
253. Daruz Armedian, Tuban – Nyanyi Sunyi Untuk Ditinggal Pergi.
254. Dauy Kheil, Jakarta - Menulislah
255. Daviatul Umam, Sumenep – Tarian Lidah.
256. Debi Kharisma Safitri, Bandung – Kepada Siapakah Aku Meminta Damai
257. Deddy Setyawan, Sidoarjo – Pesan Tanpa Nama
258. Dedi Santoso, Tenggarong - Tinta Merah.
259. Dedy Prasetyo, Yogyakarta - Helai Benang Diujung Tiang.
260. Delima Asrianti Sihombing, Medan – Tinta Pesan Damai.
261. Denik AN, Malang – Ruang-Ruang Diantara Batu Karang.
262. Denis Ligia, Bandung – Hari Ini.
263. Denmas Claras Aji Dharama, Sumenep – Sebuah catatan;ketika manusia berlomba-lomba menghalalkan darah saudaranya
264. Deny Camalia, Sumenep – Penyeru Damai.
265. Derry Rakasi, Sumbawa Besar – Dari Yang Tak Kuasa Bicara
266. Desi Rizki Nursimasari, Rembang – Kawan.
267. Destiara Dwiyanti, Yogyakarta - Tancapkan Kedamaian.
268. Dewandaru Ibrahim Senjahaji, Purwokerto – Angin dari Kota Maya
269. Dewi Aula Hikmah, Lamongan - Saudaraku, Penguasa dan Salamku.
270. Dewi Kunti Laila Ningrum, Surabaya – Tugas Suci
271. Dewi Nilawati – Sebelum Mentari Tak Terbit Lagi.
272. Dewi Rizqi NA, Tegal – Damai Insan.
273. Dewi Sartika Siregar, Bengkulu – Duri Dalam Lidah.
274. Dewi Sofiyaningsih, Jambi – Sajak Untuk Dalang.
275. Dhahrul Mustaqim, Tuban – Surat Perdamaian.
276. Dhani Awalia Surki, Barru – Rintihan Anak Manusia.
277. Dhani Hirnawan, Semarang – Lukislah Pelangi Di Tembokku, Kawan.
278. Dhifa Arsa Putra, Madiun – Pengakuan kembali.
279. Dian Restu Agustina, Jakarta – Secangkir Kopi Damai Untuk Dunia
280. Diana Effendi, Pekanbaru – Lembar Pita Sejarah
281. Dianika Wardhani, Kediri – Surat untuk negeri zamrud khatulistiwa
282. Didit Prasetyo, Malang – Katakan Damai Pada Perbedaan.
283. Diego Alpadani, Bukittinggi – Perdamaian Alami.
284. Dienen, Bogor - Damai Disini.
285. Difa Fitriani, Kendari – Perang.
286. Diki Yudha Bagos, Yogyakarta – Sadar Diri
287. Dimas, Yogyakarta – Kami Bersaudara.
288. Dimas Adi K, Jakarta – Munajat Egois.
289. Dinda A Oktavia, Yogyakarta – Pohon Kedamaian.
290. Dinda permata, Malang – Menggenggam Bahagia
291. Dini Islami, Bangkalan – Seperti Deru Adzan Subuh.
292. Dini Purnamasari, Cianjur – Milik Kita.
293. Dio Wisnu Pradana, Kebumen - Damai
294. Dirham Adenar, Yogyakarta – Damai: Membumikan Cinta, Melangitkan Kita
295. Disinta Rohmatul Izzati, Trenggalek – Bilik Bilik Lubang
296. Disza Jatnika, Tasikmalaya – Kisah Siangku.
297. Diza Ayu Vibrariani, Jakarta – Kedamaian Umat
298. Dodi S Purwanto, Balikpapan KalTim – Aku Cuma Rindu.
299. Dona Maulana A H, Pesan Yang Kami Haturkan
300. Dr. Sumarto, Jambi – Ketika Damai Menjadi Sulit
301. Dwi Ayu Hidayatul ummah, Lamongan – Islam adalah Jawabannya
302. Dwi Fatmawati, Yogyakarta – Rinduku Pada Negeri Ini.
303. Dwi Mayasari, Sragen - Arti Sebuah Kedamaian.
304. Dwi Novita Sari, Medan – Kembalikan Sinarnya.
305. Dwi Retno Ariyani, Tegal – Manusia-Ku.
306. Dwi Rina Kurnia Lubis, Binjai – Sebait Pesan Damai Buat Kita.
307. Dwi Septiyani R, Cilegon Banten – Hempas Pertikaian.
308. Dwi Wahyuni, Karanganyar – Amnesia.
309. Dwiki Wahyu Setiawan, Purbalingga - Rinduku Untuk Perdamain Manusia.
310. Dyah Suryati, Tasikmalaya – Wajah Dalam Bingkai.
311. Dzati Yumni Shafwati, Malang – Tuhan Melihat Mu.
312. Edrida Pulungan, Banda Aceh – Puisi Perdamaian.
313. Een Amelia, Madiun – Kubisikkan Sesuatu.
314. Eerni, Bojonegoro – Mulut Yang Tajam.
315. Egi Aditia, Pangandaran Jawa Barat – Agama.
316. Eka purwanti, Jakarta - Seruan Para Pejuang.
317. Eka Puspitasari, Bogor – Tinta Merah.
318. Eka Risma Putri, SumBar – Terlupakan.
319. Ela Novita Sari, Lampung – Rajuti Nurani Sutra.
320. Elis Rosniawati, Cimahi – Qolbu Hati.
321. Eka Yuniati, Kebumen – Akhiri Saja
322. Elma Juliana Napitupulu, Medan – Teka-teki Sepucuk Kedamaian
323. Elmar Yuknia, Pasaman Barat - Teriakan Perdamaian.
324. Elsa Woro Kinanti, Lampung – Cahaya Mentari Senja Pembawa Pesan Damai.
325. Elsri Rahmaliza, Lubuk Basung. Kita Bersaudara.
326. Elysa Septia Jayanti, Pamekasan – Angin Timur Tengah
327. Encep Abdullah, Banten – Romantika Untuk Negeri.
328. Endah Juwita Sari, Bandung – Disini, Surga Lebih Dekat.
329. Ending Setyoningsih, Ponorogo – Nyawa dan Harapan Untuk Perdamaian
330. Endang Sriningsih, Mataram – Akuilah.
331. Epan, Surabaya – Renungan Di Persimpangan.
332. Erika Rahmawati, Kebumen - Peperangan Telah Selesai.
333. Erlangga E Febryansh, Pamekasan - Setan
334. Erlin Hemaliana Putri, Tegal – Pesan Dari Putri Siput.
335. Erwan Ristyantoro, Karanganyar – Mari Sejenak.
336. Erwin Setiawan, Pemalang – Kaki-kaki Illahi.
337. Estu Ismoyo Aji, Purworejo – Pesan dari Seorang Pemulung
338. Evi Lailatul Fitriya, Magelang – Dering Deru Telah Lenyap
339. Evianik Suryani, Tegal – Secuil Pesan DI Balik Ironi Sang Fana.
340. Esa Ainurrahmi, Malang – Mulut Yang Bungkam.
341. Etick, Jakarta – Surat Kabar Untuk Dunia.
342. Euis Fajriyah, Cirebon – Retak.
343. Euis Nurhayati, Bandung - “Ssst!”
344. Eva Karnila, Palembang – Sang Utusan.
345. Fadila Hediaty Zahra, Sukabumi – Tahiyat Akhir Bunga Kemboja
346. Fahlida Harnita, Aceh – Tetes Cinta di Arafah
347. Fahmi Amirullah Permana, Majalengka - Alam tak Dapat Berkata.
348. Fahmi Baiquni, Semarang – Pesan Cinta Untuk Manusia.
349. Fahmi Faishal Malik, Tasikmalaya – Sajak Cinta Awan Hitam.
350. Fahrul Khakim, Tuban – Setelah Hujan Peluru
351. Faika Arif, Bulukumba – Ada Yang Hilang Dari Negeri Ini.
352. Faiz Adittian, Purwokerto - Allepo
353. Fajar Rizki Nursaid, Bekasi – Satu Kata Penuh Makna.
354. Fajar Purnama Sidik, Bandung – Kaulah Saudaraku
355. Fajri Ahmad, Palembang – Indigo.
356. Fajriah, Purwakarta – Dunia Ini
357. Fakhri Nur Ramdani, Bandung – Mari Damai, Jangan Terberai.
358. Falen , Pekanbaru – Paradoks.
359. Fan Bets Duth, Malang – Hujan Bulan Januari.
360. Fanny Vanca Miranti, Majalengka – Damai DI Wajah Ayahku.
361. Farah Bilqis Kanza, Bantul – Biarkanlah.
362. FarahDiba, Surakarta – Peristiwa Masa Kini
363. Farah Frastia, Kebumen – Assalam Al-Islam.
364. Fardha Muhammad, Yogyakarta – Damai Yang Terpesan.
365. Farhan Darmatatya, Jakarta Timur – Damai Itu Korbanku.
366. Faridh Almuhayat Uhib H, Bogor – Damailah damai
367. Faris Fauzan Abdi, Sidoarjo – Pengetahuan Untuk Kedamaian.
368. Farmila Sari, Magelang – Rasa Hati
369. Fathul Korib, bangkalan – Damaiku Damaimu
370. Fatihah Adhani, Depok – Bayangan Di Benakku.
371. Fatimah Az- Zahra, Wonosobo – Risalah Berbeda Bukan Masalahnya
372. Fauzan , Saudara Yang Berwibawa
373. Fatma Syifa, Tulungagung – Jika Hari Ini.
374. Fava Nurbaity, Bali – Mimpi Seorang Anak Muda.
375. Febbi Miranti – Indahnya Perdamaian.
376. Febi Famelia, Tangerang – Di, Sampai.
377. Febriana Ayu K, Semarang – Damai Yang Dirindukan.
378. Febriyanri Ryan Ariyani, Sidoarjo – Hewan Yang Memanusia.
379. Ferdian Dwi Cahyo, Surabaya – Dari Tangan Ibu.
380. Feri Heriyanto, Bandung – Rindu Damai.
381. Feri Sandria, Tasikmalaya – Salam Damai.
382. Feri Okta Gunawan, Yogyakarta – Cinta Damai Untuk Negeri Kita Ibu Pertiwi.
383. Ferry Fansuri, Surabaya – Jalan Di Tengah Samudera.
384. Fia Alfiatu Amanah, Banjarsari Jawa Barat – Taburkan Sikap Toleransi Untuk Terciptanya Perdamaian.
385. Fikrotul Aufa, Wonosobo – Deru Perdamaian
386. Fina Lanahdiana, Kendal – Di Hutan,Menghidupi Lupa dan Menghadapi Luka
387. Finda Mia Wulandari, Situbondo – Dawai Perdamaian.
388. Firda Devianti Komalasar, sumbawa Besar – Salam Bintang Perdamaian
389. Firda, Kendal – Slompret Luka.
390. Firda Zulijah, Kuningan – Tanyakan Pada Ar-Raqiibu.
391. Firli Andriani, Tasikmalaya – Buta Dalam Dunia
392. Firratus Saadah, Sumenep – Biru.
393. Fitri Ady Wibowo, Kudus – Tawa Musim Gugur
394. Fitriani, Bantaeng SulSel – Untukmu Manusia Sedunia.
395. Fitriani Apriliya, Kulon Progo – Damai Indonesiaku.
396. Fitrianingsih, Ponorogo Rangkulku Dalam Dekap
397. Fitri Haryani, Medan – Jiwa Yang Damai.
398. Fitria Martatilova, Bengkulu – Perkara Kita
399. Fitria Nur Jayanti, Jember – Nahdlatul Ulamaku
400. Fitrina Zimarti, Daik Lingga Kepri – Jangan Keramat Lagi Rakyat
401. Frananda Fajri, Padang – Monolog Bumi, Langit dan Pesan Damai.
402. Fransisca Melani, Yogyakarta – Damai.
403. Gatvia Resty Andini, Purwokerto – Geming Dalam Jerit.
404. Gdw Agus Widiantara, Bali – Goresan Pena Manusia.
405. Gedwina Kurnia Putri Suyono, Yogyakarta – Khalifah Yang Utuh.
406. Gema Alpradja, Bandung - Nyata
407. Gema Maulana, Padang - Pituah Batu.
408. Genta, Pasuruan – Inna Ma’al Usry Yusro.
409. Ghassani Auliannisa Widjajati, Depok – Dasar Kau!.
410. Ghina Fansuri, Samarinda – Denyut Kosong
411. Gina Rodatul Jannah, Cirebon – Dear Palestine.
412. Gita nadia Putri bt T, Medan – Bising-bising Harap
413. Grienda , Lumajang – Khalifah Penjaga Bumi
414. Guntur Cahyono, Prabumulih SumSel - Bertakluk Sujud.
415. Guswitawidia ,Padang - Heranku
416. Habibah, Cirebon - Satu Untuk Satu.
417. Habibah, Jakarta – Tangerang.
418. Hafiz Al faruqi, Lampung – Tuhan Cinta Perdamaian.
419. Haifah Hanifah, Karawang – Sabda Damai.
420. Halim Bahriz, Lumajang – Imigran Dari Masa Kanak-Kanak Yang Dirusak
421. Haliza Afiq, Pati – Berdikari.
422. Hamdan Saifullah, Yogyakarta – Pembenaran Yang Tak Membenarkan.
423. Hamdi M. Zen, maluku Utara – Jauh Sekali
424. Hamzah Firmansyah, Temanggung – Apapun itu, Sekalipun Noah Hanya Tumbuh Pada Tubuh Nama.
425. Hananni, Pekanbaru – Jalan Surga Adalah Perdamaian
426. Handoyo, Depok – Dari Balik Televisi.
427. Hani Farhani Maulida, Bogor – Rindu Damai
428. Hanifah Baihaqi, Batam - Dersik
429. Hanifah Hikmawati, Ngawi – Suwuk Kamanungsan.
430. Hanifatun Azizah, Yogyakarta – Kerinduan Yang Mendalam.
431. Hanik Arwanah, Surakarta – Dhawuh dan Nasihat Kyai
432. Hanin Nisa, Purwokerto – Surat Dari Perbatasan.
433. Hanum Farahdiva, Malang – Sedang Tuhanpun Adil.
434. Hanik Mudrikah, Kudus – Aku Bukan Seorang
435. Happi In Islam, Pati – Nyanyian Manusia Malang.
436. Hapsah, Pekanbaru – Rembulanku Sumbing.
437. Hapsari Inka S, Klaten – “Damai” Kata Penuh Harapan.
438. Haris Prasetya Effendi, Yogyakarta – Pesan Damai Dalam Keberagaman.
439. Hariyana, Kerinci – Di Balik NUsantara.
440. Harminto Budi Susilo, Nganjuk – Kepada Kedamaian Yang Tak Berpihak.
441. Harun Al-Rasyid, Padang – Damai Menyambut Bulan.
442. Hartini, Trenggalek – Jalinlah Rantai Biru.
443. Haryanti Jaya Harjani, Karanganyar – Damai Indonesia Kita.
444. Hasanuddin, Lamongan – Kedamaian Sorgawi.
445. Hasanuddin Hasimpak, Islamabad – Tangis Yang Sia-sia
446. Hasna Qotrunnada, Pekalongan – Tela’ah Pada Dunia
447. Harits Al Anshor, Malang – Konspirasi Dalam Bunker.
448. Haryas Subyantara Wicaksana, Pacitan – Pena, mori, tinta, dan Merpati
449. Hasiyah As Syifa, Madura – Di Bawah Naungan Tuhan.
450. Hayatun Nupus, Lombok – Salju Kesejukan.
451. Hayyul Mb, Bangkalan – Apa Arti dari Pertikaian, Kawan
452. Hendriana, Ciamis – Surat Dari Alam
453. Heny Fatmawati, Temanggung – Negeri Peradaban Ini.
454. Heriyanto, Malang – IKRAR.
455. Herman Nur Marliadi, Jawa Timur – Manusia Dan Janjinya.
456. Hermawan, Sleman DIY – Semarakan Damai.
457. Hevi Fitriani, Bengkulu – Muara Bunga Kehidupan.
458. Hibatin Wafiroh, Pemalang – Narasi Perdamaian.
459. Hijrah Anngaraini Nashuha, Sragen – Bukan Sekedar Kata
460. Hikmah, Sopeng Sulawesi – Balada Insan Bersayap.
461. Hikmah El’Shyna, Banjarmasin – Assalamualaikum Khalifah.
462. Hikmah Nur Hidayah, Semarang -Bolehkah Aku Bertanya
463. Hilda Rizky Akmalia, Sidoarjo – Teruntuk Dikau Khalifah Di Bumi.
464. Hizbul Wathan, Aceh – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
465. Hoiri Asfa, Bangkalan – Tentang Agama
466. Hulumun , Sumenep – Kegagahan Damai
467. Huda Agsefpawan, Yogyakarta – Melankolis Yang Lepas Dari Peluk Ibu
468. Husein Abdullah Alathas, Tegal – Kukenang Namamu, Damai.
469. Husni Syifa Ul-Haq, Tangerang Selatan – Harapan.
470. Husnul Abid, Banjarmasin – Bidadari Ternodai.
471. I. N. Akbar, Malang – Setelah Sore Itu.
472. Ibe S. Palogai, Makassar - Sombaya
473. Ibnu Sofyan, Depok – Sabotase Hujan.
474. Ibrohim, Pekalongan – Manusia Perang.
475. Icanada Fransiska, Jember – Rayap Di Lumbung Padi
476. Ifan Arif Mulana, Tidak Ada Tangis Berbuah Jiwa
477. Ifan Aqib, Aleppo
478. Ifroh Jatidiri Media, Cilegon – Senja
479. Ihsan Aldi, Segelas Kopi Perdamaian
480. Iin Ismiliyawati, Surakarta – Silam Dalam Bungkam
481. Iin Windayanti, Pacitan – 1001 Wajah Indonesia.
482. Ika Amalia, Pekalongan – HAM Liputan.
483. Ikbal, Pangkajene – Dibawah Naungan Kedamaian
484. Ikbal Rizki, Aceh – Mawar Abadi.
485. Ikhwan Fauzi, Bogor – Kita Tuli Dan Bisu.
486. Iklima Agustina, Lampung – Tengoklah Hati Yang Kaya.
487. Ikra, Jember – Bangsa Tanah.
488. Ilham Arwani, Ponorogo – Alam Senandung Bersama.
489. Ilham Esa Firdaus, Kediri – wahai Saudaraku
490. Ilham Rohmatulloh, Purbalingga – Sorban Putih
491. Imaduddin, Jepara – Maghrib Membara.
492. Imajiner, Pamekasan – RAHAMATAN LILALAMIN
493. Imam Hambali, Sumenep – Diorama Damai ; Karikatur Dalam Kaca.
494. Imam Mursid, Magetan – Perang Itu Berkelindan.
495. Imas Elva Khoiriyah, Madiun – Manusia Dikali Dunia.
496. Imelda Ramadhana, Pasuruan – Titik Darah Perdamaian
497. Inarotul Humaero, Cilacap – Hidup Damai Di Muka Bumi.
498. Inayatul Umami, Banyuwangi – Amarah Bumi.
499. Indah Indrimiya Hadi, Cirebon – Bangkit Atau Diam.
500. Indah Isrami S, Bulukumba – Menghapus Luka.
501. Indah Isyatun Nabela, Demak – Puncak Kedamaian
502. Indah Khoirunnisa, Lampung – Air Untuk Pelangi.
503. Indah Meilanda, SumSel – Misteri Suara Perdamaian.
504. Indah Nurmaningsih, Malang – Merapi Rantau Al Aqsha 2017
505. Indah Purwanti, Semarang – Indonesia Butuh Rakyat Yang Ramah, Bukan Yang Marah.
506. Indah Sepri Pratiwi, Lumajang – Pesan Dari Hutan.
507. Indana Abricha, Bogor – Saudaraku.
508. Indo Guna Santy, Blitar – Di Ujung Gelap
509. Indriyani Safitri, Yogyakarta - SENYUM
510. Indri Cahya Lolyta, Sidoarjo - Damai Itu Kita.
511. Indri Kurnawati, Jember - Berharga
512. Indri Wahyuni, Bali – Menit-Menit Keluguan.
513. Ines Wanudya Nur Utami, Yogyakarta – Gejolak Semu Perdamaian.
514. Inez Anugerah Permata Putri, Purbalingga – Setelah Adat Paling Tabiat
515. Ineu Desiana, Bandung – Cahaya.
516. Intan Elok Okti Wardhani, Madura – Negeriku Kerapan Politik.
517. Intan Hanes, Jakarta – Bumi Punya Hati.
518. Intan Liana, Demak Airmata Darah Sajak Bumiku.
519. Intan Pitaloka, Bekasi – Secarik Pesan Dari Bumi Pertiwi.
520. Iqbal Yudistira, Tasikmalaya – Damai Dan Keramaian.
521. Irawati, Aceh - Mekarlah Damai Seluruh Manusia di Taman-taman.
522. Irda Yanti, Selatpanjang - Pesan Kosong Dari Murai.
523. Irfan Solihin Haqiqi, Jember – Sajak Kartini.
524. Irfan Mulyadie, Tasikmalaya – Pesan Damai DI Hari Jum’at.
525. Irham Bayquni Ansori, Serang Banten – Penderita Abadi.
526. Irma Apriyanti, Jakarta - Generasi Negeri Damai.
527. Irna Novia Damayanti, Purbalingga – Kita Lupa banyak Pelajaran
528. Irsa Fathiyaa Yusrina, Sukabumi – Kidung Sungai
529. Irwan effendi, Sumenep – Mimpi Kita Semua.
530. Isma Damayanti, Batam – Rindu Damai Di Bumiku
531. Isma Hidayati, Sidoarjo - Pesan Damai Untuk Seluruh Indonesia.
532. Ismail Paujan, Purwakarta – Si Penebar Kedamaian.
533. Isnati Solechatinisa, Semarang – Inilah Hidup.
534. Ista Hamida, Pacitan – Camkan!!!!
535. Istana Kusumawati, Jombang – Mereka Manusia
536. Istifaqotul Himaah, Jepara – Tangisan Nabi Muhammad Kepada Umatnya.
537. Ita Anita, Cirebon – Bisakah Kita
538. Ita Puspita Sari, Sumenep – Menempuh Mimpi Dalam Sajak Puisi.
539. Ivo Gismi Lestari, Bekasi Utara – Suara Sunyi Alam.
540. Iyut Muzdalifah, Gresik - Damai Itu Indah.
541. Izaz Wara Langit, Sumenep – Serumpun Jari.
542. Izha Ananta, Sleman – Cahaya Purnama.
543. Izzah Uswatun Nisa, Tulungagung – Damai.
544. Izzatul Maula Shaleha, Surabaya - Aneka Ragam.
545. Izzul Millati Umami, Tulungagung – Kucing Kampung Di Sudut Kota.
546. Jamalul Muttaqin, Sumenep – Judul Puisi
547. Jantriwanis, Siak Riau – Ilmu Tanpa Iman.
548. Je Mustafa, Tulungagung – Senandung Nurani.
549. Jihan Fadhila, Denpasar Bali – Permadani Hijau.
550. JJ Mansyur Maroha, Yogyakarta - Sail Terjal Menujumu.
551. Joel Ramond, Padang – Assalamu’alaikum.
552. Joko Pramono, Pali Pendopo Sumsel - Kita Satu Planet.
553. Joko Sulistya, Yogyakarta – Setelus Embun.
554. Joko Yulianto, Klaten – Pelangi Sang Ulama.
555. Joni, Jambi – Mengapa Harus Berdamai
556. Juli Prasetya, Banyumas – Akhirnya Selama 2 Tahun Anakmu Bisa Menemukan Alamat Akhir Di Antara Semayam Orang-orang Dan Parit Kecil Ilalang.
557. Julia Astuti, Medan – Sajak Cinta Syria.
558. Julia Hartini, Bandung - Dalam Perenungan.
559. Julian Arif Prasetyo, Jakarta – Katanya Kita ingin Damai.
560. Jumarni, Jambi – Waktu Tak Dapat Menunggu.
561. Juniardo Simangunsong, Yogyakarta – Bangun Rasa Kedamaian.
562. Kamsah , Makassar – Demonstrasi Cinta
563. Kang Yasin, Purworejo – Kau Adalah Aku.
564. Karin Maharani Sasongko, Bumiayu Jawa Tengah – Manusia – Manusia Manis.
565. Kartika, Jakarta – Damai Dalam Nyata.
566. Kartika ,Yogyakarta – Monolog Merpati, Si Burung Perdamaian
567. Kartika Kayriela, Kuningan – Sadarlah Manusia.
568. Karunia Nurma, Purbalinga - Gaduh Riuh di Puncak Gengsi.
569. Khabib Asror, Semarang – Aku Titipkan Pesan Untukmu Yang Hilang.
570. Khaeroh Rohmayati, Bogor – Selendang Damai Untuk Semua.
571. Khaerul Faqih, Indramayu – Untukmu Yang Tercipta Bukan Sebagai Malaikat Tanpa Dosa.
572. Khafidhotul Ilmi, Mojokerto - Dusta Damai.
573. Khairul Anam, Sumenep – Goze.
574. Khairul Anam, Sumenep – Pesan Damai.
575. Khairul Rizal, Aceh – Fajar Harapan.
576. Khairul Umam, Sumenep – Kakek Dan Sebuah Pohon.
577. Kharisma Putri, Bekasi – 3 Bait Celoteh Perdamaian.
578. Kharisma Yoga Saputra, Riau – Jejak SI Balam.
579. Khoer Jurzani, Sukabumi – Surat Cinta Untuk Telaga
580. Khoerul Amin, Kebumen – Sujud Bersama.
581. Khofifa Parwangsa Akbar, Palembang – Pesan Damai Untuk Manusia
582. Khoirul Anwar, Banyuwangi - Pujian Tertinggi.
583. Khoirul Fatikhin, Jepara – Bumi Pertiwi.
584. Kholid Khoirul Fahmi, Temanggung – Al-Hanifiyyah As-Samhah
585. Khrisko Suprastiwara, Pekanbaru – Kulminasi Sanubari.
586. Khusnul Ihda Muslikah, Trenggalek – Lakon Drama Kehidupan.
587. Khusnul Ilmiah, Mojokerto – Surat Malaikat Kecil dari Negeri Timur Untuk Dunia
588. Khusnul Khotimah, Bojonegoro – Catatan Pena Dari Sang Malaikat.
589. Khusnul Latifah Ramadhan, Magetan – Berdamailah Negri.
590. Kiki Nopita Dewi, Cilacap - Ukhuwah Tetap Terjaga.
591. Kris Rahayu, Dharmasraya Sumbar - Bayangan Neraka.
592. Krisna Gustian, Tasikmalaya – Penganut Hukum Rimba.
593. Kurniawan Setya Aji, Magelang – Dongeng dan Cerita Perang
594. Kusmiati, Semarang - Agamamu Agamamu.
595. Laila Nurjannah, Banjarnegara - Pesan Damai Dari Palestina.
596. Lailah Nuzuli Rohmah, Gresik – Damailah Kita.
597. Laili Sutiyani, Semarang - Dalam Damai Rindu.
598. Laili Ummu, Yogyakarta - Negeri Entah Berantah.
599. Laily Fitriani, Malang – Aku Dan Sejuta Asaku.
600. Laksita GR, Yogyakarta - Pesan Untuk Hari-hari Ini.
601. Lalu Hardi, Bima NTB – Tuhan Kedua Untuk Taufik Ismail.
602. Larealit, Jogja – Virus Cinta Musang
603. Lasmini , Yogyakarta – Damai
604. Lathifa Millati Saifullah, Blitar – Harap dalam Kalut
605. Latifatul Zahiroh, Demak - Dawai Damai Jangan ‘Andai’.
606. Laura Oktarina Sinabang, Pematangsiantar Sumut - Damai Bumiku.
607. Layli Febistin, Nganjuk – Indahnya Perdamaian
608. Lenggo Arya Putri, Padang – Harmoni Damai Untuk Negeri.
609. Leni Sutobi Siregar, Medan – Harapan Damai.
610. Lia RM, Kediri - Jasa Pahlawan Generasi.
611. Lilik Widiyawati, Pasurua - Aku Malu Pada Tuhanku.
612. Lilis Lishatini, Subang – Damai Itu Keren
613. Lintang Nur H, Cianjur – Akupun Tersakiti
614. Lisa Zerina, Medan - Damai Jiwa.
615. Listya Dee, Temanggung – Datanglah Hati.
616. Liyus Susanto, Kediri – Bersama.
617. Liza Dzulhijjah, Indramayu – Barbar Macam Apa
618. Lusi Martha F, Cirebon – Bunga Perdamaian.
619. Lutfi Anggraini, Tangerang Selatan – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
620. Lutfi Setya Asih, Purbalingga – Jabat Hati.
621. Luthfi Dwi Satrio Utomo, Jakarta – Leter Teler
622. Luthfiah Zahra Larosa, Banda Aceh – Secercah Mimpi Yang Selaras.
623. Luthfyah Indana Zulfa, Lamongan – Generasi, Kita Saudara.
624. Lutut Epriatin, Depok – Ketika Aku Mati Nanti
625. Lusiyanti, Palembang - Damai Kunci Pembahagia.
626. Luvia Rahmadani, Batam - Secercah Tabir di Gema Temaram.
627. M. Adha Wahyudi, Palembang – Hentikan.
628. M. Ahsanul Kirom, Tuban - Dunia Perdamaian Yang Abadi.
629. M. Arifin, Sumenep – Aku, Negriku, Indonesiaku.
630. M. Bagus Sulistiyanto, Tuban – Jawaban Atas Masalahmu.
631. M. Dwi Harfa, Cikarang Bekasi – Salam Dari Mujahid.
632. M. Elgana Mubarokah, Bandung – Putih.
633. M. Fadlullah A.G , Yogyakarta – Makrifat Damai
634. M. Helmy Prasetya, Seni tak Benci
635. M. J. Akbar, Ciamis – Cerita Lama.
636. M. Najibur Rohman, Semarang – Sebuah Doa Yang Terus Menerus Dipanjatkan Sepanjang Zaman.
637. M. Rachman Ramadhani, Brebes – Berdiri Tegak Menentang.
638. M. Ramzy Raihansyah, Malang – Tersenyum Kepadamu
639. M. Redho Ilahi, Padang – Tanah Pulau Kemarau
640. M. Rusdil Fikri, Jakarta – Perdamaian, Milik Siapa ?
641. M. Saiful Aqil, Malang - Bukalah Mata.
642. M. Yusuf Marzuqi, Depok – Ayat-ayat Maghrib
643. Made Parwati, Singaraja Bali - Pesan Damai.
644. Maghfirah, Makassar – Hai Khalifah,Sadarlah !
645. Magrefi, Bantul – Berhentilah Wahai Pemberontak.
646. Mahallal Jihad, Surakarta – Bangsaku Dalam Kebimbangan.
647. Mahendra, Nganjuk – pesan damai dari Quran
648. Mahfudz Fairuz, Sumenep – Negeri Ilusi
649. Maimunatul Badriyah, Jember – Kawan Lama Itu
650. Malikhatul Khayati, Magelang – Pesanku Untuk Umatku.
651. Maulana Saehudin, Kebumen – Bhinneka Tunggal Ika
652. Maqdum Maghrobi, Pasuruan – Pesan Kecil Untuk Tuhan.
653. Maria Ulfa, Samarinda – Ayat-ayat yang Terlupakam
654. Mar atun Khasanah, Yogyakarta – Meniti Rasa Bertajuk Damai CintaNYA.
655. Mar’atus Sholikhah, Kediri – Nirwana Kedamaian
656. Marlina Ratna Puspitasari, Klaten – Pelangi.
657. Marta Oktavia, Bandung – Tembok Derita Runtuhkanlah
658. Maryana Ulfa, Boyolali – InsyaAllah.
659. Masruroh, Bogor – Damai, Aku Mohon
660. Maswar, Jember - Aku Dan Kamu: Pesan Damai Untuk Kita.
661. Maulana, Cirebon - Bersatu Meraih Mimpi.
662. Maulida, Sidoarjo – Kuasa.
663. Maulidina Zahra Nabila, Kendal – Bilakah Nanti.
664. Mayang Intan Triastuti, Nganjuk – Bibir Merekah Itu
665. Mazroatul Khusni, Perihal seorang insan yang merayau melafalkan surat-surat harmoni di kala fajar
666. Mega Listiyani, Tegal - Damailah Ibu Pertiwi.
667. Mega Nur Wachidah, Kata Gresik - Bukan Sembarang.
668. Meidy Ayu Titi .s.h , Jakarta – Kebyar-Kebyar Gelas-Gelas Kaca
669. Meilanie Fitria, NTB – Satu
670. Melinia Jenny Ramadhany, Tangerang - Berdamailah
671. Melita Indragiri, Hulu Riau – Ketika Kedamaian Dipertaruhkan.
672. Melly Andriani Br. Ginting, Serang Banten – Surga Damai.
673. Melly Pertiwi, Tasikmalaya -Rintih Kecilku
674. Mesi Ratna Deviani, Tulungagung – Surat Dari Langit.
675. Messa Rayhan, garut – Untaian Cinta
676. Meta Alifah Khairunnissa, Bekasi – Membangun Atau Merusak
677. Metty Lolita, Jambi – Di Minggu Pagi.
678. Miftah Aji Zulfikar, Madiun – Tetes Darah Radikal.
679. Miftakhul Huda, Surabaya – Damai Diri.
680. Miftakhur Rohmah, Magelang – Biruna Langit dan Birunya Bumi
681. Mila, Malang – Bisikan Sajak Damai
682. Mila oktarina, Palembang - 1998: Tragedi HAM.
683. Mita Hairani, Pontianak – Bersatu Dalam Warna
684. Mochamad Navik Mubarok, Malang – Kedamaian
685. Mochamad Ighfir Sukardi, Pasuruan – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia
686. Mochammad Wildan Syakuro, Sidoarjo - Bersatu Yang Menyatu.
687. Moh Abd Wahid Al jamil, Madura – Sehelai Pita Di Kaki Garuda
688. Moh. Ilmi Zayyad, Sumenep – Para Taretan-Taretan.
689. Moh Kholilullah, Sumenep – Jalan Hidup, Keyakinan
690. Moh Mahfud, Bnjarmasin- Doa Seekor Daun
691. Moh. Yazid, Sumenep – Damailah NU-Ku.
692. Moh. Yazid – Saudaraku Bersabarlah.
693. Moh Tamimi, Sumenep – Pesan Damai Untuk Seluruh manusia
694. Mohammad, Majalengka – Damaiku.
695. Mohammad Aksol Muntaha, Tulungagung – Wejangan Untuk Perdamaian
696. Mohammad Danial Bangu, Jakarta – Damai Hingga Kelelahan.
697. Mohammad Isro’j Ridlo Munjhabi, Kudus - Bias Seorang Buas.
698. Monika Zumran, Sigi – Karena Kita Bersaudara.
699. Muammanah Fauzi, Sumenep – Ketika Terang Berganti Gelap.
700. Muchamad Bagus F, Karawang- Kicauan Warung Kopi
701. Mudatsir, Gorontalo - Kedamaian Kita.
702. Mughni Labi, Ciputat Tangsel - Uluk Salam.
703. Muh Nur Khoiruddin, Grobogan - Bahagia
704. Muh. Alaikassalam, Kudus – (bukan) Sajak Manusia.
705. Muh Soeharto Dwi Putra Rahman, Tangerang – Negeri Sarkasme
706. Muhamad Aroka Fadli, Jakarta – Aleppo.
707. Muhamad Junda Azizi, Surabaya - Ku Harap Burung Berbohong.
708. Muhamad Rafli, Tangerang - Damai Untuk Insan.
709. Muhammad Abdul Basith, Jakarta - Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
710. Muhammad Abdul Wahid, Bangka Belitung – Surat Dari Medan Perang.
711. Muhammad Adhif, Lamongan – Menebar Damai Untuk Semua.
712. Muhammad Adib, Pekalongan – Pancasila Lil ‘Alamin.
713. Muhammad Aditya Nofrianda, Tanjungpinang – Mustahilkah Terjadi ?
714. Muhammad Affan, Jember – Bingkisan Dari Ghandi.
715. Muhammad Afdhalul Ihsan, Bandung – sesingkat Cerita Pesan-Pesan
716. Muhammad Afis, Lamongan- Tanah Saudaraku.
717. Muhammad Akbar Hasyim Lubis, Medan – Hanya Lain Nama Lain Rupa.
718. Muhammad Ali Akbar, Jawa Timur – Membingungkan.
719. Muhammad Ali Faqih, Yogyakarta - Hanya Pagi Hari Di Pinggiran Kota.
720. Muhammad Arif Rachman, Banyumas – Adakah Ada.
721. Muhammad Arman Permana, Cianjur – Musim Abadi.
722. Muhammad Arsyad, Bekasi – Damailah Duniaku.
723. Muhammad Badrun, Purwokerto – Risalah Zaman.
724. Muhammad Chairul Habib, Medan – Apa Itu Damai.
725. Muhammad De Putra, Kampar – Percakapan Tentang Perdamaian Manusia Bersama Soekarno, Mandela Dan Teresa.
726. Muhammad Caesar Suratno, Banten – Ash-Shulhu Human
727. Muhammad Fadhil Ma’ruf, Yogyakarta - Menatap Berharap.
728. Muhammad Fahruddin Al Mustofa, Sidoarjo - Hapus Air Matamu Aleppo.
729. Muhammad Fawaz, Bali - Damailah Manusia.
730. Muhammad Fawaz Thoriq, Abdurokhman, Pemalang – Aku Masih Saudaramu
731. Muhammad Fahimuddin, Yogyakarta – Damai Dalam Perbedaan.
732. Muhammad Fikram Pratama, Palembang – Manusia Yang Sia-Sia.
733. Muhammad Firyal Diazka, Pontianak - Perdamaian Harus Dicapai.
734. Muhammad Giswan, Sulawesi Tenggara – Penyamaran Dunia.
735. Muhammad Gusri, Sengkang – Kesalahpahaman Berujung Petaka
736. Muhammad Haikal Baziwilhan, Trenggalek – Suka Kebencian
737. Muhammad Hasan Muzaki, Mojokerto - Perseteruan Umat.
738. Muhammad Hasan Pratama, Medan - Manusia Tanpa Majikan.
739. Muhammad hasan Shiddiq, Demak – Assalamu’alaikum Alam.
740. Muhammad Ilham Zulkhaejananto, Boyolali – Nafsu Melupakan Sesama.
741. Muhammad Imam Ghozali, Jakarta – Antara Engkau, Manusia Dan Tuhan.
742. Muhammad Indarto, Muara Teweh – Harmoni.
743. Muhammad Iqbal, Banjarmasin – Ma’rifat Rindu Sehelai Daun.
744. Muhammad Khayrul Anwar, Bangkalan – Bersila Cinta.
745. Muhammad Lutfi, Pati - Salam Damai Seluruh Saudaraku.
746. Muhammad Nabila kizbul Hirzul Jausan, Tulungagung – Di Beranda Kedamaian
747. Muhammad Rachman Ramadhani, Brebes - Berdiri tegak Menentang.
748. Muhammad Raji Fudin,cerita Ego Yang Salah Jalan
749. Muhammad Rifki, Banjarbaru – Pak, Tolong Ajari.
750. Muhammad Rizki Bahari, Banjarbaru – Ruangku.
751. Muhammad Rizky Hamzar K, Lombok – Mendaku Cinta.
752. Muhammad Ro’uf, Malang - Terima Kasih NU.
753. Muhammad Taufan, Cimahi - Indahnya Damai.
754. Muhammad Taufiq Abdurrahman, Yogyakarta - Kedamaian Hakiki.
755. Muhammad Wafiq Arzaaq – Kata Manusi Beragam.
756. Muhammad Wahyudi, Pasuruan - Damai itu Apa.
757. Muhammad Wildan Basri, Bintaro – Kanvas Air Mata
758. Muhammad Yasir, Yogyakarta – Kepada Hujan Di Bulan Januari
759. Muhammad Zafar, Cirebon – Bebaskan.
760. Muharrir Amarul Ikram, Banda Aceh - Sejuta Rasa dalam Kedamaian.
761. Muhri, Bangkalan – Putus Asa.
762. Muhsyanur, Makassar – Pesan Dunia Akhirat.
763. Muhyiddin, Pasuruan – Apa Yang Terjadi Jika Dunia Tanpa Islam.
764. Muizzatun Zulfatus Suroya, Pekalongan – Rintik Kabut.
765. Mukhammad Lutfi, Kabupaten Pasuruan – Karena Damai Itu Ibadah.
766. Muklas Irwanto Subaktiar, Gresik – Aku, Aki, dan Peribahasa Damai
767. Mukhlis Al-Firmany, bangkalan – Al-Fatihah
768. Mulana, Cirebon - Hanya Keimanan Yang Melahirkan Kesabaran.
769. Muliana Oktaviani, Pesan damai Dalam Hati
770. Mulyono Ardiansyah, Medan -Boleh Marah Tapi Kenali Salam
771. Muslimah, Cirebon -Tali Persatuan
772. Mutakim, Wonosobo - Harapan Seorang Bocah Kecil.
773. Mutiatul Mufarrohah, Bangkalan - Damai
774. Mutmainnah, Polewali – Kita Satu
775. Muthmainnah, Palembang – Indonesia Selamanya.
776. Mutia Sukma, Aceh – Damailah Duniaku.
777. Muthi’ah, Sragen – Di Menara Rindu
778. Mutiah Nasution, Medan – Obat Damai.
779. Mutiara Indah, SumSel – Kedamaian Yang Indah.
780. Mutiatul Mufarrohah, Bangkalan - Damai
781. Muwafaqoh Ni’amillah, Boyolali – Untuk Semangat Kamu
782. N. Imro Athussyaleha, Pelaihari - Sang Ego Keji.
783. N. Liyus Susanto, Kediri – Bersama.
784. Nabella Nur Fauzanah, Tegal – Beragam, Seragam.
785. Nadhirul Maghfiroh, Malang – cerita Yatim Piatu Untuk Sang Laut
786. Nadia Kusumaningrum, Tegal – Perbedaan dalam Islam
787. Nadia Putri Lestari, Pangandaran - Petuah Simbahku.
788. Nadila Putri, Yogyakarta – Sama Tapi Beda
789. Nadiya Musyrifah, Sumedang - Pesan Bisu.
790. Naela Rizky, Pemalang – Sudah Biasa
791. Nafi Nur Rafida, Solo – Pesan Untukmu
792. Nafi’ Inayana Zaharo, Pati – Siapa Manusia ?.
793. Nahda elen Fandirika, Magelang – kami Nu dan kami tahu tuhan tak harus dibela
794. Naily Anisatus Sholihah, Cilavcap – Dan Sebuah Ratapan
795. Nailul Himmah, Pekalongan – Kita Semua Sama
796. Najmatul Hikmah Nurizzati MP, Sumenep – Damai.
797. Nanda Dyani Amilia, Medan – Menjahit Doa Untuk Dunia.
798. Nanda Wigati, Lupa
799. Nandita Widya, Bandung – Jeritan Dimedan Perang
800. Nani Chairani Lestari Lubis, Medan – Dimana Renungan Kalbu.
801. Nanik Kartika ranadewi, Klaten – Kepada Akar
802. Nasibatul Husna, Jombang – Durjana Malam Tercipta.
803. Nasruddin Rifqi, Boyolali – Gugur Putik
804. Nasiruddin Munir, Pamekasan - Assalamualaikum Negeriku.
805. Nastain Achmad, Tuban – Heneng Hening Henung Henang
806. Nasukha Yusuf, Pemalang – Luapan Angan.
807. Naura Ardianasari, Ponorogo – Membeli Untuk Tertawa Mereka.
808. Nayef Rouchel Amal, Cirebon – Lupa Makna
809. Nazifpri Etradriadi, Pariaman – Doaku Untuk Kedamaian Yang Dinantikan.
810. Nela Agustina Angraini, Mojokerto – Surga Berisyarat Cinta.
811. Nelda Trisna Ayu, Ponorogo – Suara Dari Tetua Alam.
812. Neneng, Bandung – Renungkanlah Hai Manusia.
813. Neng Reni Restiani, Sukabumi – Damai ?.
814. Nenny Fauzia, Bandung – Makna Yang Tersamarkan.
815. Ngainun Najib, Ciamis - Manusia Super Lucu.
816. Ni’matul Jannah, Jepara – Kesadaran Hati.
817. Nida Nazihah Ahmad, Bandung – Lihatlah.
818. Niken Elvok .W, Surabaya - E-mail Perdamaian.
819. Nila Sari Toha, Ternate – Di Balik Untaian An-nas
820. Nilna Amukti Rahayu, Blitar Jawa Timur – Andai Aku Bisa Bicara.
821. Nina Bonita, Lamongan – Jerit Malaikat Kecil Palestina.
822. Nina Refyanti, DKI Jakarta – Memulai Kebohongan.
823. Nindi Friska, Bangka Tengah - Adil Untuk Siapa.
824. Ningrum Yuniarti, Depok – Dibalik Hati
825. Nining Nurhayati, Jakarta – Januari Berselimut Tanya
826. Niswatul Fikriyah, Pamekasan – Manis Dan Pahit Yang Kita Lalui.
827. Nita Sasmita, Makassar – Mereka pun Manusia.
828. Nitti Kundariana, Demak – Rintihan Kota Senja.
829. Nivia, Pangkalpinang – Secangkir Larik Senja Dunia.
830. Noer Azizah, Sumenep – Hakikat Manusia.
831. Noor Ilma Arifa, Banjarbaru – Cukuplah dari Bibit
832. Norrahman Alif, Sumenep – Ketika Air Membunuh Api Dalam Diri.
833. Noufal Balya Anzalina, Tanjung Pura - Kita Beda.
834. Novaldy Andrian, Makasar - Perdamaian Awan Putih.
835. Novia Fitri Jayanti, Pekanbaru – Cenderamata Untuk Dajjal.
836. Novia Rika, Jakarta – Langit Penyambut Kematian
837. Noviani Sari, Bandung – Desir Ombak Membangkitkan Gelora Di Kalbu.
838. Noviarti, Pekanbaru – Dengungkanlah Perdamaian.
839. Novita AA, Yogyakarta – Surat Cinta
840. Novita Kusumawardani, Ngawi – Damaiku Damaimu Damailah Seluruh Dunia.
841. Novita Nila, Depok – Pesan Cinta dari Surau
842. Novita Sari ,Jambi - Suara
843. Noviyanti, SumSel – Jerit Damai Untuk Dunia.
844. Nu’man Zaeyn, Bannyuwangi – Peluru.
845. Nungky Kusuma Wardhani, Tangerang – Sindiran Dalam Hati.
846. Nunuk Demes H, Pasuruan - Tajuk Rindu Senja.
847. Nur Adeli Rizal, Makassar – Bangsaku Yang Menguning.
848. Nur Anisa Saila, Bandung – Sakinah
849. Nur Asyiah, Padangsidempuan – Damainya Waktu Fajar
850. Nur Candra Oktarian, Gunung kidul - Secoret Harapan.
851. Nur Faizi, Brebes – Intervensi.
852. Nur Fitri Kholifah, Depok – Pesan Dari Semesta.
853. NurHidayah Tanjung, Bengkulu – Kedamaian Adalah Hak Manusia
854. Nur Hidayah, Semarang – Genderang Perdamaian
855. Nur Iklimah Safitri, Selatpanjang – Sama Salam
856. Nur Kholis, Pati – Lewat Suari Tuhan.
857. Nur Maulidiyah, Gresik – Sajak Kalbu
858. Nur Muhammad Aminuddin, Banyuwangi – Menjijik-kan
859. Nur Rahmawati Ayukaryana, Surakarta – Kompas Lain Menuju Pesan Kedamaian.
860. Nur Tabah Cahyani, Sukoharjo – Tengok Itu Jemari.
861. Nur Wahyu Khalish Barus, Bogor – Tanya Anak Negeri
862. Nuraeni Shopiyah, Bandung – Senja Penghantar Kedamaian.
863. Nurafiatul Hasanah, Malang – Renjana Untuk Berdamai.
864. Nurfitriyanie, Jakarta – Isyarat Hujan.
865. Nurhalimah, Lumajang – Rindtihan Pijakanmu.
866. Nuri Shinta Hidayati, Sumenep – Dunia Tak Seindah Taburan Pasir.
867. Nurifah Rahmawati, Banjarnegara – Bukan Waktunya.
868. Nuril Supriadi Zaini, Sumenep – Salam, kata, dan doa senjata
869. Nuris Satriawan, Situbondo – Pesan Sang Pembeda.
870. Nurkumalasari, Sulawesi Barat – Lagu Bisu.
871. Nurlatifah Amu, Makasar - Gurat-Gurat Halus Tak Kasat Mata.
872. Nurmant Aryant, Solo – Sebuah Wasiat
873. Nurohman, Nganjuk – Elegi Damai.
874. Nurpalah, Sambas - Kupanggil Kau Kedamaian.
875. Nursari, Bandung – Mengapa.
876. Nurtaufik, Bondowoso - Musim Kembali Bertarhim.
877. Nurul Aisyah, Bekasi – Ratapan Langit
878. Nurul Amirah, Bangka Belitung – Berdiri Tidak Sendiri.
879. Nurul Amrina, MAgelang – Melodi Perdamaian
880. Nurul Hikmah, Tamban Banjarmasin – Assalamu’alaikum Khalifah.
881. Nurul Izzah, Jambi – Untuk Generasiku
882. Nurul Laili, Madura – Segersang Tanah Berdarah.
883. Nurul Ma’rifah, Tebuireng Jombang – Menengadah Sejuta Harapan.
884. Nurul Maghfirah, Makassar – Senandung Rindu Sang Pujangga
885. Nurul Maudila, Kedamaian ini Tak Akan pernah Khatam
886. Nurul Sofia, Jakarta – PESAN DAMAI UNTUK MANUSIA DUNIA
887. Nurus Sa’adah, Gresik – Perbedaan.
888. Nusa, Bantul YK – Harapan.
889. Nyimas Wahdini R, Banjarmasin – Berbeda Bukan Berarti Tak Sama.
890. Obi Mochmammad, Semarang - Pesan Dalam Puisi.
891. Ogi Nopandi, Sumbawa - Ada Sedikit Yang Tertinggal.
892. Okta Fernando, Bengkulu - Surat Jibril.
893. Okte Kurniasih, Kebumen – Lentera Kehidupan
894. Oktiana Sari, Lampung – Senja Yang Penuh Cinta.
895. Oman Nurrohman, Pemalang - Dunia Dalam Dengkuran.
896. Ovitra Mulyawati, Muara Enim SumSel – Kita Sama.
897. Panji Harmoni, Pamekasan – Akhlaqul Karimah.
898. Pierra Imo, Kendari - Surat Undangan Tu(h)an.
899. Prasetyo Aji Laksono, Jakarta – Menyelami Setiap Hari.
900. Prayoga Ramadhani, Lampung - Pesan Kedamaian.
901. Prilda Titi Saraswati, Yogyakarta – Goresan Kedamaian dari Kesemrawutan.
902. Pringadi Abdi, Palembang – Berlibur Menulis
903. Puji Lestari, Klaten – Rindu Bersatu
904. Puji Wijayanti, Pati – Bersatu Tekad Tuk Indonesia Sejahtera.
905. Pungky Wardhani, Mojokerto – Damai Sebagai Sehat.
906. Pupung setia, Semarang- Menanti Perdamaian Manusia
907. Puspa Agustin, Jakarta – Mari
908. Putra, Kendari - Pertanyaan Anak Almarhum.
909. Putra Phaendra, Denpasar - Ingatlah Manusia.
910. Putri Insani, Batam – Siluet Cahaya
911. Putri Qarynah, Makassar – Mentari Harapan.
912. Puttri Ayu, Lubuklinggau – Lautan Perdamaian.
913. Qiey Romdani, Sumenep – Surat Kecil.
914. Qori Febrianto, Jakarta – Pesan Dari Langit.
915. Qosim Nur Seha, Pati – Namaku Usaima
916. Qurrota A’yun, Pasuruan – Perdamaian.
917. Rachmat Julaini, Makassar – Dongeng Tentang Kedamaian Dengan Tiga Kebingungan.
918. Raden Roro Dita Putri Kurniasari, Yogyakarta - Menangislah
919. Radya Putra Pratama, Sukabumi - Sonata Perdamaian.
920. Rafikha Fazal, Medan – Beda Dalam Sama.
921. Ragil Anjani , Subulussalam – Refleksi Kepahlawana Terhadap Perdamaian Bangsa
922. Ragita Aggrita, Jakarta – Sebuah Perjalanan Mencari Kedamaian.
923. Rahaden Lingga Bhumi, Ngawi – Salam Cinta Damai
924. Rahayu Ningsih, Yogyakarta – Jeritan Tanpa Bunyi.
925. Rahmadhani Triasmoto, Bandung – tangan Kaku Mereka
926. Rahmania Nurdhini, Blitar - Kataku, Tentang Perdamaian.
927. Rahmad Oktaveri, Bengkulu - Damai Menurutku.
928. Rahmat Hidayat, Madura – Elegi dari Timur
929. Rahmat Ilahi Pamungkas, Subang - Menyambut Rahmat Untuk Semesta.
930. Rahmat Ramadhan, Kendari - Bara Sejuk.
931. Raihanah, Sumenep - Keyakinanku.
932. Rais Amin, Sumenep – Saat Ini
933. Rama Alkhawarizmi, Tasikmalaya – Lautan Air Mata.
934. Ramida, Polewali – Indonesia Rindu Kedamaian
935. Rani Amin, Kendari – Negeri Para Sahabat.
936. Rani Fitria Kusuma, Palembang - Potret Lensa.
937. Rani Fitriyana, Jakarta – Pengorbanan Diri kan Berlanjut Nyata
938. Ranisah Nani, Karawang – Jadilah Manusia.
939. Rara siti Masruroh, Magetan – Hidup Dalam Angan
940. Rasyid Musdik, Maluku – Damaiku, Damaimu Adalah Seruan Tuhan.
941. Ratri Hapsari, Yogyakarta – Katamu Atas Nama Cinta Dan Damai Manusia.
942. Ratih Amalia Lestari, Papua - Rindu Syair Perdamaian Dari Gus Dur.
943. Ratini, Kebumen - Senyapkan Jiwa.
944. Ratna Aulia, Jepara - Magrib Membara.
945. Ratna Desy Putri Yani, Semarang - Damai Saudaraku, Damai Negeriku.
946. Raudotunnaqiyah, Serang – Khalifah Amnesia
947. Rea Sava Kinanti Sianturi, Yogyakarta – Karena Kamu Totem Aku Cadasnya.
948. Refanti Millenia R, Yogyakarta – Tembang Lentera Damai.
949. Reky Arfal, Riau – Ia Hanya Mengutip
950. Relung Fajar Sukmawati, Malang - Merah di Aleppo.
951. Renaldi Wijaya, Pelembang – Sama.
952. Reni Dwi Lestari, Bondowoso - Bianglala
953. Rera Haiefinah, Serang Banten – Satu Untuk Semua Perdamaian.
954. Reri, Probolinggo – Darah-Darah Suci.
955. Resa Maulana Sari, Sukabumi - Secerca Harapan Untuk Sebuah Perdamain.
956. Restu Ayu Utami, Banten – buatlah Teman Semasaku Damai
957. Retno Mufadhilah, Sidoarjo – Pohon Yang Merindu.
958. Reza Gharini, Semarang – Dari Tuhan ke Tuhan
959. Rezha, Ngawi – Bertahan Dalam Iman
960. Rezky Maya Ulfa, Bulukumba SulSel - Cinta Satukan Kita.
961. Rheina W, Bandung – WAJAH INDONESIA SAAT INI
962. Riafiola Ifani Santi, Bali - Paradoks
963. Rico Arifin, Magetan - Dekap Mendekap.
964. Richal Arichi, Depok - Kontras
965. Ricky Syah R, Aceh – Pesan damai untuk manusia
966. Rif’an M Affan, Jepara - Memutus Rantai Tuhan.
967. Rifa Kayla Almira, Jakarta - Manusia Hanya Sekedar Debu.
968. Rifqi Hanif, Banyumas - Seruan Tahun Baru.
969. Rifqy Siregar, Depok – Damai Mulai Dari Hati.
970. Rihadatun Nafiah, Banten – Kau Harus Tahu.
971. Rihan Lestari, Banda Aceh - Menjadi Damai.
972. Riki Utomi, Riau – Bercerminlah.
973. Rima Dwita Olalita, Yogyakarta – Segumpal Darah
974. Rina damayanti, Yogyakarta – Jiwa Yang Damai
975. Rina Hidayati, Yogyakarta - Rindu Damai.
976. Rindi Loryta Yudyati, Karanganyar - Berahi Perang.
977. Rini Maharani Fatimah , Wonosobo – Sederhana saja
978. Riono, Yogyakarta – Tasawuf Perdamaian.
979. Riqko Nur Ardi Windayanto, Malang - Cinta Abadi Khalifah Negeri.
980. Riqqi Ramadhan, Sumenep – Buku Kecil Adilia.
981. Ririn Diah Anjar Wati, Banyuwangi – Cuap-cuap Konfrontasi
982. Riris Arintya, Malang – Kisah Kerinduanku.
983. Riska Ainun Wuldandari, Bogor - Berdamailah Untuk Negara Sejahtera.
984. Riska Putri Taupik, Dharmasraya – Harap Pinta Sang Benih
985. Risky Mustakin, Karanganyar - Suara Perdamaian.
986. Rita Rahmadania, Sumatera Barat – Damaiku Dimana.
987. Rivaldo Ludovicus Sembiring, Medan - Kami Tidak Kan Diam.
988. Rivelson Saragih, Surabaya - Aksi Garuda di Kafeerk Kella (Lebanon Selatan).
989. Riza Mariani, Jakarta - Bibir Yang Kehausan.
990. Rizal Bayu, Sragen - Bendera Putih.
991. Rizka Nazila farkha, Pasuruan - Ronta Lara Pancasila.
992. Rizky Bagoes Alam, Tangerang Selatan – Atas Nama Cinta Yang Dewasa.
993. Risky Murdiana, Kelambu Damai
994. Risky Pradipta, Banten – UNTUK HITAM PUTIH
995. Rizkyana Safitri Simarmata, Medan – Pesan Cinta Dari Ketulusan
996. Rizqatul Mukaromah, Nganjuk – Mendiang Suci.
997. Riztia Muliani Lestari, Cirebon – Ketidakpastian Dalam Kenyamanan.
998. Robby Bouceu G, Bandung - Risalah
999. Robby Jannatan, Padang – Sangkur di Ujung Senapan
1000. Rofi’ Nihayatul Ulum QHA, Jember – Permenungan Dinding Retak Kemanusiaan
1001. Rofi’ah Mawaddah, Solo - Harapan Dalam Bisikan.
1002. Rofiki Ar, Sumenep – Atas Nama Cinta
1003. Rohmati Tri Santoso, Blitar – Tanah Ini
1004. Rohmawati, Malang – Angin Bawalah Aku.
1005. Romadhon, Cirebon – Dawai Untuk Damai.
1006. Rona Nisrina Qothrun Nada, Semarang – Kembalilah.
1007. Roni Widodo, kebumen – Diriku Duniaku Palestinaku
1008. Rosida Marfuah, Malang – Fana.
1009. Rosidi Hadi Siswanto, Lumajang – Hitam Pekatnya Perdamaian.
1010. Rosita Dewi Ambarwati, Mojokerto – Punakawan Kontradiksi.
1011. Rosita Nur Azizah, Sidoarjo – Selagi Berdoa Tidak Berdosa
1012. Rosmi Alhandani, Tasikmalaya – Air Mata Seterang CINTA
1013. Rossi Putri Rianto, Sidoarjo – Damai Yang Mahal.
1014. Roz Zaky, Bangkalan – Ibu Muda, Bapak Muda Dan Anak Pertama.
1015. Rozikin, Yogyakarta - Bumi Yang Menangis.
1016. RR. Kartika Sari Handayani, Bekasi – Opini Sana – Sini.
1017. Rusdi El Umar, Madura - Mengurai Tarian Pelangi.
1018. Ruqoyyah , Pamekasan – Kicaukan Perdamaian
1019. Ryan Aldi Nugraha, Yogyakarta – Peace Was Rest.
1020. Ryan Imam Tirmidzi, Jombang – Buat Kamu Yang Cinta Damai.
1021. Ryana, Bandung – Setapak Tak Berjejak.
1022. Ryuntania A.P, Bogor – Bolehkah Kita Bersua
1023. Sae Ilmasriah, Sukabumi – Puisi Yang Berpuisi
1024. Saepul Rohman, Jakarta Barat – Mencari Kunci
1025. Safarina Firdaus, Lamongan – Sadarlah Tuan Jika Kau Normal.
1026. Sahyul Padarie, Makasar - Tukang-Tukang Itu Adalah Kita.
1027. Saif Koher Al-Bagandani, Yogyakarta – Fitnah Negeri
1028. Salwa Fathinah Muadzah, Bandung – Tatapan Sang Tupai kecil
1029. Salwa Nadzifah, Semarang - kambing Hitam.
1030. Salsabila Fathkhur Rizqi, Mojokerto – Karena Si Hitam Ku Tahu.
1031. Samara El Haram, Sumenep – Lepas Sesal.
1032. Sami’an Adib, Jember – Sebingkai Kasih
1033. Samsi Afrizal D, Semarang - Doa Serdadu Tua di Tengah Kecamuk Perang Saudara.
1034. Samsul AR. Yogyakarta - Islamku Rahmatan Lil Alamin.
1035. Samuel, Jakarta – Sketsa Damai Sejati.
1036. Sandi Hamim, Malang – Siapa Takut Menjadi Beda.
1037. Sandra Emon, Tapanuli Utara – Bunga Perdamaian
1038. Santy, Balikpapan - Damai Itu Indah.
1039. Sapro Aji, Tegal – Merangkai Damai Yang Terkoyak.
1040. Saskia Novelia, Bekasi – Mewakili Si Perdamaian.
1041. Sastranegara, Sumenep – Sepasang Bendera Di Rumah Parbito
1042. Satria Janisar, Bondowoso - Seruan Alam
1043. Satria Jati Kusuma, Kabupaten Bekasi – Hasil Rapat 7 Malaikat. .
1044. Selamet Teguh Iman Santosa, Blora Jawa Tengah – Aku Adalah Aku.
1045. Salim Ma’ruf, Kalimantan Selatan -Aku; Khotbah Tiada Bertuan
1046. Selma Diah Perwita Sari, Pontianak – Warisan Negeri.
1047. Sengat Ibrahim, Madura – Melihat Cinta.
1048. Septa Latief Nugraha, Lubuklinggau - Sajak Sang Gagak.
1049. Septi Amri, Pesan damai dalam surat kaleng
1050. Septiani Wahyu Utami, Purwodadi – Sudut Kota Tempat Bersua
1051. Septiyani Rokhmah, Pekalongan - Berdamailah
1052. Septrial Arafat, Batang – Sedekah Untuk Pohon.
1053. Setia marlyna, Jakarta – Kurindu Segar
1054. Shasa, Kepada Anak Manusia – Kepada Anak Manusia
1055. Shendy Haditya, Jakarta – Kekosongan.
1056. Shofia Ajiba, Solo – Rangkuman Lama
1057. Shofiatul Kholishoh, Jombang – Apa Yang Dicari?
1058. Shofi Nur Hidayah, Inhu – Sila Pancasila.
1059. Silvia Riqotul Fuadah, Brebes – Pesan Untuk Rakyatku.
1060. Silviyah Tahta Alfina, Sidoarjo - Jangan Kau Kobarkan Api.
1061. Singlaire Theola Adhatia H, Sukabumi – Alam Tunjukan Kedamaian
1062. Sinta Nuriyah Dewi, Blitar – Si Tua dan Pengajar Tersiratnya
1063. Sirojul Furqon, Serang Banten – Genosida Umat Di Bumi Syiria.
1064. Siska, Bali – Kesendirian.
1065. Siti Heni Rohamna, Jakarta – Perahu Kehidupan
1066. Siti Husnul Fauziah, Yogyakarta – Mereka Bersyahadat Sama Denganku.
1067. Siti Jubaidah, Samarinda – Hadiah Rindu.
1068. Siti Jumaroh, Cirebon - Nyanyian Damai.
1069. Siti kholisatul Ainiah, Banyuwangi – Damai Slogan Belaka.
1070. Siti Laela, Bogor – Kami! Rakyat!.
1071. Siti Marfu’atun, Sidoarjo – Wajah Sendu Sang Mentari.
1072. Siti Mualafah, Bojonegoro – Kembalikanlah Kedamaian Kami.
1073. Siti Munawaroh, Surabaya – Aku Tersadar.
1074. Siti Mutmainah, Mojokerto – Detik Dalam Detak.
1075. Siti Muslikha, mlang – Surga Kedamaian
1076. Siti Sarah, Karawang – Apa yang Kau
1077. Siti Sri Rahayu, Tangerang – Segenggam Luka Setitik Asa.
1078. Siti Raodlatul Jannah, Lamongan – Kalau Kulihat Kembali
1079. Sitti Royhanah, Sumenep – Perintah Sinar Perdamaian
1080. Sofiyatun, Pamekasan – Kala Kubertanya.
1081. Sofyan RH Zaid, Bekasi – Surat Kepada Alfreda XVIII
1082. Sofyan Snjaya, Lampung – Negeri Cahaya Dunia
1083. Somya Cantika Suri, Jakarta – Manusia Botol
1084. Sona, Pasuruan Semilir Perdamaian.
1085. Sri Astuti, Aceh - Kini Kutemukan Kedamaian.
1086. Sri Endah Utami, Tangerang – Surga Yang Tertunda.
1087. Sri Handhayani , Semarang - Solilokui Untuk Saudaraku.
1088. Sri Hartatik, Jepara – Satu Dua Tiga.
1089. Sri mulyani, Lampung – Pujangga Tanpa Peran
1090. Sri Rusminati, Magelang - Nurani
1091. Sri Wahyunungsih, Purworejo – Kendalikan Syahwatmu, Muncul Damaimu.
1092. Sri Wintala Achmad, Cilacap – Di Dalam Ruang Tamu.
1093. Stania Hibatulloh, Kediri – Keresahan Hati.
1094. Subakti, Pasuruan - Damai.
1095. Subna El-Hidayah, Sumenep – Selama Selaksa Perdamaian.
1096. Suci Rahmadhani, Sumatra Barat – Sesalkan Gulungan Kemarahan
1097. Suci Rama Dhani, Jambi - Kerinduan Dunia.
1098. Sugat Ibnu Ali, Sumenep – Kita Adalah Setetes Air Hina.
1099. Sugianto, Gunung Kidul DIY - Arti Cinta.
1100. Suherma, Pontianak – satu Bumi Satu Tujuan
1101. Sukma Budi, Surakarta - Sampaikan Salamku Pada Dunia.
1102. Sukron Hamid, Bogor – Genggaman Kedamaian.
1103. Sulaiman Addaroni, Lombok - Pesan dari Tuhan.
1104. Sulis Nugroho, Kabupaten Semarang – Berita Dari Negri Sebrang.
1105. Sumiati, Tangerang - Negeri Iram.
1106. Sun Rise Tarigan, Berastagi – Aku Ingin Damai.
1107. Sunu Wahyu Mahendra, Tulungagung – Arah Cinta Manusia.
1108. Supiani, Lombok NTB – Purnama Timur Tengah.
1109. Susyanti, Pemalang - Kunci Menuju Tampuk.
1110. Sy. Faika Muzaenab Al Habsyi, Makassar – Tanyakan Saja Pada Dirimu.
1111. Syahna Maryam, Samarinda – Sang Kedamaian.
1112. Syahril Fauzi Maulana, Kudus - Cinta Damai Lima Benua.
1113. Syahrul Fauzan, Banjar – Tangisan Pasrah Dari Bumi Timur Tengah
1114. Syahrullah, Bondowoso – Api Amarah
1115. Syaifudin Nugroho, Kudus - Kita dan Mereka.
1116. Syaiful Anwar, Pontianak - Pelukan Kemanusiaan.
1117. Syalimah, Banjarmasin – Manusia Sebagai Khalifah Kedamaian.
1118. Syamsuddin Arrasyid, Gresik – Yang Tak Berakal Untuk Kita.
1119. Syariiefha Sya, Kendal – Seribu Abad
1120. Syarifah Huswatun Miswar, Aceh – Tugas Apa?
1121. Syarif Hidayatullah, Barito Kuala – Jika Langit Tanpa Bendera
1122. Syifa Khairunnisa – Tangerang – Atas Dasar Kemanusiaan
1123. Syifa Shofiani, Bandung – Damaikan Hati
1124. Syuhada, Yogyakarta – Bingkai Kehidupan
1125. Syihab, Bali - Demo Maha Damai.
1126. Tajul Lail, Sidoarjo – Tetaplah Almuslimu Akhul Muslim
1127. Talitha Rizky Satyaputri, Sidoarjo – damai untuk putih dan hitam
1128. Tantowi Ali, Yogyakarta – Untuk Kalian.
1129. Tantri Sandilla, Cirebon – Setimbang.
1130. Taufan Atalarik, Malang – Luka Dunia.
1131. Taufik Arief al-hidayah, Malang – Namanya Perdamaian
1132. Taufiq Hidayat, Nganjuk – Kelalaian Diri.
1133. Thania Novita, Makassar – Kali Ini, Biarlah Bumi Menangis.
1134. Thobias Bana, Malang – Damai Dalam Kebhinekaan.
1135. Thofiqur Rohman, Purwokerto - Puisi Manusia.
1136. Tiara, Palembang – Berbeda Bukan Berarti Salah
1137. Tika, Ciamis – Harmoni.
1138. Tika Nafhati Syadiyah, Tegal – Suatu Masa.
1139. Tika Rosmayanti, Pesan Damai Pada Seluruh Umat Manusia
1140. Tirmidzi Thahir AS, Sumenep – PETIKAN HIKAYAT ADAM dan IBLIS DI SURGA
1141. Tisya Qintari Fadilah, Jambi - Umat
1142. Titis Aulia Putri, Pematangsiantar – Merdeka Jiwa.
1143. Titis Wahyudi, Purwokerto – Atas Nama-NYA Yang Penuh Kasih Dan Cinta.
1144. Tito tri Kadafi, Serang – Pelangi Lahir di Rahim Mamak
1145. Tiya Laraswati, Purwokerto – Sedarah Jangan Tumpahkan Darah.
1146. Toyyib, Pamekasan – Dalam Sajak Tuhan
1147. Tri Ayu Andani, Medan – Damai Wujud Intelektual
1148. Tri Desi Novita Sari, Lampung – Damai Untu Semua
1149. Tri Firmansyah, Jambi – Songkok Hitam Di Surau Buya.
1150. Tri Hastari SBB, Lumajang - Islam dan Perdamaian.
1151. Trian Lesmana, Jakarta - Ibu Semua Anak.
1152. Triyana Robiyani, Brebes – Kembalikan Milikmu.
1153. Tsuroya Firdausi, cilacap – Puisi Untuk Bunda
1154. Tsurayya Maknun, Madura - Kotak Datar.
1155. Turkini, Indramayu – Perang dan Damai.
1156. Tuti Alawiyah, Pontianak – Jilbab Biru
1157. Ulil Albab, Tuban - Logam Hitam.
1158. Ulviyana Herman, Cirebon – Bangkit.
1159. Umi Hanik, Malang – Damai Laksana Pelangi.
1160. Umi Nurhakiki, Tegal – Api Dan Air Mata.
1161. Umi Puji Rahayu, Lombok - Damai Itu Aksi Kami.
1162. Umulya Islaha, Pangkalpinang Bangka Belitung – Pesan Damai Untuk Umat.
1163. Upie Pamulasri, Kendari - Merindukan Kedamaian di Negeri Perang.
1164. Uswatun Hasanah, Kudus - Ajari kami bersaudara, Ibu.
1165. Uswatun Hasanah, Pamekasan – Manusia Ditinggal Tuhannya
1166. Uswatun Khasanah, Tuban – Sebelum Ku Tutup Buku Tua
1167. Uswatun Octavia, Bangkalan – Rindu Sinarmu.
1168. Vatri Hayani, Kendari – Tidakkah.
1169. Vebryan Nour Oktavianto, Sleman – Damailah Timur Tengah
1170. Veena Ceciliaf, Surabaya – Kini.
1171. Velnidia Sistri, Palembang – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
1172. Viara Noor, Kabupaten Bogor – Bocah Pembawa Pesan.
1173. Vina Khusnul Khotimah, Tulungagung – Kisah Bisu Duniaku.
1174. Vina Panduasa, Palembang – Jernih Damai Penghapus Amarah.
1175. Viny Shoffa Salma, Depok – Sepucuk Surat Dari Seberang
1176. Vira Vitania, Jakarta – Negerimu Merindu.
1177. Vivi Romadhoni, Jakarta – Perbedaan Mewujudkan Perdamaian.
1178. Vivin Zulfa Atina, Klaten – Cinta Di 212.
1179. Wahyu Dian Puspa Rini, Kediri – Jendela Hati Dunia.
1180. Wahyu Eka Nurisdiyanto, Trenggalek – Renungan Buat Kita.
1181. Wahyu Fatikhatul Umniyah, Cilacap – Gemaan Untuk Semesta.
1182. Wahyu Ishaq Trisnandi, Sulawesi Tenggara – Manusia, Aktor Perdamaian Dunis
1183. Wahyudi, Lampung – Sudahi.
1184. Waskito Nugroho, Sragen Jawa Tengah – Pikiran Orang Desa.
1185. Wawan Kurniawan, Makassar – Pesan Silam Dari Tahun 626 Masehi.
1186. We, Banyumas – Dari Aku Berjalan.
1187. Womona Laili Dianasari, Purwokerto – Pusaka Sang Wasilah
1188. Wellyaziza RF, Sumenep – Ini Negeriku.
1189. Wendi Alan Meihendra, Jambi – Pesan Damai Dari Pemuda Di Akhir Zaman.
1190. Widya Liansari, Wonosobo - Sekilas Waktu
1191. Winda Efanur FS, Cilacap – Ayat Berdarah
1192. Widi Adawiah, Tasikmalaya – Matahari Perdamaian
1193. Widi Umari, Surabaya – SATU Tetaplah SATU.
1194. Widia , Banjarmasin – Karena Kami Satu
1195. Widya Fauziah, Tegal – Kedamaian Di Dalam Hati.
1196. Wigati Widyananda, Semarang – Lupa.
1197. Wilda Nurlaili Chandra, Tuban – Pesan Damai Hujan.
1198. Wina ratna Sari, Bandung – Iman Yang Terbelenggu Nafsu
1199. Winaldi Dwi Yahya, Trenggalek – Sepucuk Surat Untuk Dunia
1200. Winda Afrianti, Banyumas – Hitam dan Putih
1201. Wira Sukma, Riau – Senja Di Pelabuhan.
1202. Wisam Zuhdi, Malang – Hidup Kami Tiada Mati
1203. Wiwid Wulandari, Banjarmasin – Tangisan Malaikat-Malaikat Kecil.
1204. Wiwik Winarni, Malang – Purnama Menjelma di Pelataran Nirwana.
1205. Wiwin, Fidiana, Sidoarjo - Keseksamaan
1206. Wiwin Lisfian, Kendari – Rasa Yang Sama.
1207. Woro Auliadana, Ponorogo – Bukan Untuk
1208. Yanti Nilma Sari Lubis, Polewali Mandar – Damai Obat Bumi.
1209. Yantikah, Yogyakarta – Pesan Ukhuwah dalam Dekapan Sang Khalifah.
1210. Yar Johan, Bengkulu – Manusia Penjaga Pesan Di ujung Bumi
1211. Yasmin Nabilah, Bandung - Perbedaan Bukan Perpecahan.
1212. Yayan Faesal, Kediri – Dengkulisme.
1213. Yazid Arif, Riau – Ada Gunanya
1214. Yeni Noviana, Medan – Seruan Pilu Dunia.
1215. Yesrin Putri, Malang – Pedihnya Kehancuran.
1216. Yevani Adistya, Madiun - Ucapkan
1217. Yoga Sahria, Yogyakarta - Mari Bersatu Menuju Ukhuwah Islami.
1218. Yogyantoro, Trenggalek – Satu Jam Berselang.
1219. Yorietza Martiviany, Lampung Tengah – Asas Damai.
1220. Yose Rizal Triarto, Yogyakarta – Damai Di Surga (Bukan) Di Bumi.
1221. Yoshua , Cimahi – Utusan Sang Raja Damai
1222. Yuda Prasetio, Pekanbaru – Suara Perdamaian.
1223. Yuda Pratama, Jambi - Merpati.
1224. Yudha Sandhyanto, Firman Tuhan Punya Jawaban
1225. Yuliana Marfungatun Nikmah, Cilacap – Toleran Tanpa Toleransi.
1226. Yuni Sulistya Wati, Medan – Semburat Wajah Indonesia.
1227. Yunita, Karawang – Damai Untuk Satu.
1228. Yusni Fatimah Lubis, Pekanbaru – Di Pohon Janji Aku Menanti
1229. Yusuf Hafizh, Madiun – Untuk Manusia.
1230. Yusuf Rahmanda, Wonosobo - Kata Hati Kecilku.
1231. Yutsrina Azimah, Pakistan - Dunia Kita.
1232. Yuyun, Lamongan – Jabatan Itu Amanat.
1233. Zahratul Aini, Sumenep – Puisi Untuk Tuan Pemilik Senjata.
1234. Zahri Arta, Semarang – Perindu Damai.
1235. Zahro Nur Maulida, Pasuruan – Pesan dari Angin
1236. Zainal Abidin, Sumenep – Doa Suci
1237. Zaini Hidayati, Yogyakarta – Piama Bagi Nusantara
1238. Zainul Muttaqin, sumenep – Daun Yang Tabah
1239. Zainur Ridho Wahyu Zugor, Situbondo - Puisi Damai.
1240. Zainur Roziqin, Gresik – Pesan Damai Untuk Seluruh Manusia.
1241. Zakki, Bandung – SALAM PADA UMAR
1242. Zaldina Aisyah, Klaten – Sepasang Bocah
1243. Zalefi W, Pekalongan – Semua dan Sama
1244. Zalikha Pasa Dwi Sawitri, SumSel – Hitam Tapi Berparas.
1245. Zham Sastera, Pandeglang – Senandung Kedamaian Wajah Negeri
1246. Zio Andari Rahman, Pekanbaru – Derap Langkah Melalui Cakrawala.
1247. Zuha Farhani, Lahat Sumsel - Bola Hitam Bersinar.
1248. Zuhrotun Nisa’, Lamongan – Tegur Kedamaian
1249. Zul Adrian Azizam, Padang - Kita Saudara Bung.
1250. Zulafan Almas, Tegal – Pesan Saksi Bisu.
1251. Zulfikar Ali Abdul Aziz Attamimi, Cilacap – Demai Dengan Perbedaan.

Terima kasih, Jazakumullah ahsanal jazaa

Ttd
Panitia Sayembara Puisi PCINU Maroko 2017.

Wassalamuaiakum...


Menakjubkan! Masjid Di kedalaman 1.760 Meter Perut Bumi Ini Ada Di Indonesia

Masjid yang ada di Indonesia tak hanya menyajikan bentuk yang besar dan megah, namun juga unik. Salah satunya adalah masjid yang berada di kedalaman 1.760 meter perut bumi.

Masjid bernama Masjid Baabul Munawwar ini terletak di Papua, tepatnya di area pertambangan PT Freeport Papua. Meski di dalam perut bumi, areanya cukup luas karena bisa menampung jamaah sebanyak 250 orang.

Memang, masjid yang berada di bawah daerah Tembagapura, Timika Papua ini sengaja dibuat untuk para karyawan muslim agar tetap bisa melaksanakan ibadah shalat dengan mudah.

Menurut kabar, masjid tersebut masih belum lama dibuat, tepatnya diresmikan pada bulan Juni lalu. Selain Masjid Baabul Munawwar, di sampingnya terdapat Gereja Oikumene Soteria untuk umat Kristen yang bekerja di pertambangan.

Peletakan kedua tempat ibadah tersebut yang berdampingan di dalam perut bumi memang sengaja atas usulan para pekerja sebagai sebuah simbol toleransi.

Adapun pembuatan masjid ini diarsiteki oleh lulusan Bina Nusantara bernama Alexander Mone. Sementara untuk strukturnya dikerjakan oleh Andrew Parhusip yang merupakan lulusan ITB.

Mengingat letaknya yang berada di perut bumi, maka dipasang juga alat untuk menyedot udara kotor keluar menuju permukaan. Dengan demikian suasana di dalam masjid pun tetap nyaman.

vivanews.com

Mahasiswa Meninggal Dunia, UII Bekukan Kegiatan Mapala

jpnn.com - Rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) mengambil langkah cepat terkait meninggalnya dua mahasiswanya, Muhammad Fadhli dan Syaits Asyam yang menjadi peserta kegiatan The Great Camping (TGC).
Rektor UII Dr IR Harsoyo mengungkapkan, pihaknya telah memutuskan pembekuan atas kegiatan kemahasiswaan yang digelar di luar kampus. “Kami sudah putuskan untuk membekukan seluruh kegiatan Mapala (mahasiswa pecinta alam, red) dan kegiatan kemahasiswaan yang bersifat outdoor,” katanya dalam konferensi pers di gedung rektorat UII, Selasa petang (24/1).
Menurutnya, tim investigasi bentukan Rektorat UII menemukan ada indikasi tindak kekerasan yang dilakukan panitia The Great Camping kepada para pesertanya. Hanya saja, Harsoyo belum bisa memerinci tindakan kekerasan itu ataupun pihak yang terlibat.
“Yang jelas, dari pengakuan peserta memang ada tindak kekerasan. Itu temuan tim investigasi karena itu kegiatan Mapala kami bekukan sampai batas waktu yang tidak ditentukan,” tegas Harsoyo.
Di sisi lain untuk memperlancar proses penyelidikan yang sedang dilakukan oleh kepolisian, UII telah mengarantina seluruh panitia dan peserta pendidikan dasar (diksar) unit kegiatan mahasiswa Mapala UII (Unisi) ke-37. “Semua panitia kami minta tetap tinggak di Jogja, tidak diperkenankan ke luar kota Jogja,” tandas Harsoyo. (mar/hes)

http://www.jpnn.com/news/mahasiswa-meninggal-dunia-uii-bekukan-kegiatan-mapala