Pages

Saturday 1 June 2013

WNI Borong Properti di Australia

JAKARTA — Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan Crown International Holding Group Indonesia, Michael Ginarto, mengatakan minat warga negara Indonesia untuk membeli properti residensial di Australia sangat tinggi. Sebagai gambaran, transaksi WNI mencapai 30 persen dari nilai penjualan apartemen Crown Group pada 2012 yang mencapai Rp 2,5 triliun. “Selain tempat tinggal, mereka menjadikan properti di Australia sebagai alat investasi,” kata dia dalam diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.

Crown International adalah salah satu pengembang properti asal Australia yang gencar mengincar konsumen di Indonesia. Menurut Michael, rata-rata konsumen asal Indonesia membeli apartemen untuk anaknya yang bersekolah di Negeri Kanguru itu. Kota-kota yang menjadi pilihan di antaranya Melbourne dan Sydney.

Minat konsumen, kata Michael, semakin tinggi setelah pemerintah negara bagian memberi insentif. Pemerintah New South Wales, misalnya, memberi bonus sebesar Aus$ 5.000 untuk setiap unit properti yang dibeli konsumen asing. Namun, uang muka sebesar 10 persen langsung masuk kas pemerintah, tidak melalui pengembang. “Karena aman, properti di Australia pun diminati investor,” ujar dia.

Crown International menyasar pasar kelas atas dengan rata-rata harga properti Rp 3-30 miliar. Michael mengatakan investor asal Indonesia rata-rata membeli rumah atau apartemen seharga Rp 7 miliar. Nilai transaksinya pun cukup tinggi. “Mereka membayar secara tunai dan membeli lebih dari satu unit.”

Untuk menjaring pasar WNI yang sangat potensial, Crown International akan mendirikan apartemen senilai Rp 10 triliun. Proyek terbaru adalah apartemen Skye by Crown yang akan diluncurkan Juni mendatang. “Per tahun kami menargetkan keuntungan sebesar Rp 1 triliun,” kata Michael.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Crown Group, Iwan Sunito, menargetkan pembelian apartemen pada 2013 mencapai Rp 3,5 triliun. Dari jumlah itu, 60 persen pembeli berasal India dan Indonesia, selebihnya dari Australia, Taiwan, dan Cina.
TIKA PRIMANDARI | ARDIANSYAH BAKRIE

tempo.co

No comments:

Post a Comment