Pages

Thursday 24 November 2011

Maut-ul Masyahir (Kematian Orang-Orang Tenar)

Catatan ini, ingin aku buka dengan beberapa bait puisi gubahan Ibnu-l Wardi, yang terkenal dengan judul "Lamiyah", sebab huruf terakhir tiap bait puisinya diakhiri dengan huruf Lam. Catatan yang aku tulis setelah menyaksikan hari-hari penuh sejarah yang saat ini mengguncang dunia, terutama dunia Arab.

Tewasnya diktator Libya, Muammar Gaddafi, di tangan rakyatnya sendiri, setelah 42 tahun berkuasa.

Wafatnya Pangeran Sultan, Putra Mahkota Saudi Arabia, yang hanya tinggal selangkah lagi saja untuk menjadi Raja.

Meninggalnya pembalap tenar, Marco Simoncelli, setelah kecelakan mengerikan dalam balap motor MotoGP World Championship di Sepang, Malaysia.

Mangkatnya Anis Mansour, penulis terkaliber di negara-negara Arab, yang punya catatan pinggir tiap hari di harian internasional as-Syarq al-awsath.

Di samping isu yang belum jelas kebenarannya, soal katanya tokoh Wahabi dunia, Abdurrahman As-Sudais yang katanya ikutan menyusul juga (dan ternyata yang wafat adalah bapaknya).

Alhasil, banyak pelajaran pada hari-hari ini bagi siapapun yang mau mengambil pelajaran, bukankah S. Umar bin Khattab berkata, bahwa pelajaran terbesar kehidupan, adalah kematian itu sendiri.

Ibnu-l Wardi secara ekselen menggubah:

(Aina Namrud wa Kan'an wa Man # Malaka-l ardho wa walla wa azal
Aina Aad, Aina Fir'aun, wa Man # Rofa'a-l Ahram man yasma' yakhal
Aina Man Syadu wa Sadu wa Banau # Halaka-l Kullu wa lam tughni-l qulal
Aina Arbabul Hija Ahlun Nuha # Aina Ahlul ilmi wal Qoumul Uwal
Kataba-l mauta alal kholqi fa kam # qolla min jam'in wa afna min duwal...)

Mana Namrud, mana Kan'an, dan mana orang-orang yang pernah menguasai bumi, yang mengangkat ini, memecat itu.

Mana Bangsa Ad, Mana Fir'aun, dan orang-orang yang membangun berbagai jenis piramida yang mendengarnya siapapun pasti terpukau oleh bermacam imajinasi

Mana semuanya mereka-mereka yang mendirikan, memimpin, membangun, semuanya mati dan tak berguna apapun istana-istana mereka.

Bahkan mana juga para pemikir, para ilmuwan, para ulama', dan bangsa-bangsa terdahulu..

Allah telah Menetapkan kematian untuk setiap makhluk, dan coba lihat, berapa banyak bangsa yang punah, dan berapa banyak negara ataupun kerajaan yang hilang.

Jika sejenak saja mau merenung, membayangkan, atau melihat foto-foto yang terpampang. Bagaimana Gaddafi yang sepanjang karir politiknya tampil dengan berbagai pose yang gagah dengan berbagai kostum nyentrik, dan di foto terakhirnya dia tampil hina dina dengan wajah lebam berdarah-darah, sebelum tewas dan terbujur kaku di kulkas mayat?

Nasib tragis seorang diktator yang mati mengenaskan di tangan anak bangsanya sendiri, setelah lari terbirit-birit dan ditemukan di sebuah selokan seperti seekor tikus yang kedinginan basah kuyup oleh air got, setelah 8 bulan sebelumnya dengan begitu jumawa menyebut bangsanya sendiri, sebagai tikus (jurdzan) yang harus diinjak dan dibasmi.

Dalam perumpamaan arab, "mashir-u kulli toghiyah, wadhihah", akhir dari pada setiap diktator, sangat jelas.

Dan al-Qur'an memberikan pelajaran terbesar tentang itu dengan mencontohkan Fir'aun sebagai aktor utamanya. Pelajaran bahwa setiap diktator, dengan berbagai kekejamannya dan kesewenang-wenangannya, maka dia akan menemukan dirinya di akhir, dalam posisi terinjak-injak dan hina. Baik oleh rakyatnya sendiri, atau oleh sejarah.

Lebih dari pada itu, bahkan bangkai Fir'aun yang tenggelam pun terawetkan untuk menjadi pelajaran hidup dan langsung bagi siapapun yang menjadi pemimpin, meski pemimpin kelas kampung sekalipun.

Bahwa jangan coba-coba untuk dzolim jika tidak ingin mati mengerikan di akhir nanti, jika tidak ingin namanya tercoreng oleh moreng dalam sejarah yang terus dikisahkan anak pinak bercucu-cucu sampai lewat tujuh turunan, jika tidak ingin namanya selalu disertai oleh umpatan dan hujatan.

Dan masih ada lagi yang tersisa dari catatan ini... Wallahu a'lam (*)







Awy Ameer Qolawun

No comments:

Post a Comment