Pages

Sunday 13 March 2011

Kriteria Memilih Jodoh yang Baik

Catatan berikut, bisa jadi serius bisa jadi nggak serius. Sebab catatan ini aku buat setelah berkali-kali mendapat request yang aku sendiri sampai sekarang masih selalu saja bingung jika ditanya perihal request ini.

Kriteria memilih jodoh, nah, heee... :D

Permasalahannya itu karena aku sendiri belum menikah. Belum juga final menentukan pilihan siapa yang akan menjadi pendampingku kelak (silakan berdoa pada Tuhan YME untuk menjadi pendampingku yah, huehehe.. Ge er abis :D).

Alhasil, jika aku ditanya, Kamu ingin Istri yang bagaimana? Maka jawabanku bermacam-macam. "Yang Pasti, aku tidak pasang kriteria macam-macam, pokoke iso macak iso masak" :D ... Yang penting bisa bersolek yang cantik buat suami, dan bisa masak. Itu salah satu jawabanku :D :p

Kan nggak lucu, kalau suami capek-capek dari luar dalam keadaan lapar, pengen makan enak, tapi ternyata di meja makan cuma ada semangkuk mie rebus, sama sepiring telor goreng, mana gorengannya amburadul lagi :D

Kritikan pedas nih buat para cewek masa kini. Kok bisa jadi sangat aneh kalau sekarang teramat banyak wanita yang tidak bisa masak. Alasannya karena sibuk kuliah, sibuk karir. Padahal dua alasan itu mentah. Kami saja yang sibuk belajar masih bisa masak, bahkan terlatih masak saat di pondok.

Karena, salah satu rahasia keharmonisan rumah tangga, adalah kecakapan istri dalam hal masak-memasak. Jadi, bisa dianalisa, salah satu faktor banyaknya perceraian akhir-akhir ini, karena ketidakmampuan istri dalam tata boga.

So, mulai sekarang bagi mbak-mbak, ukhti-ukhti, neng-neng, yang nggak bisa masak, belajar masak yah, mumpung belum telat, beli resep-resep masakan, praktekin, liat acara-acara Farah Queen, atau Rudi Khoiruddin. Atau belajar dari Ibu masing-masing. Aib wanita tidak bisa masak, sangat aib.

Ntar kalau masakanmu keasinan, bagaimana perasaanmu saat dikatain suami, "De', kok sedap banget masakannya, kamu tambahin upilmu ya" :D

Nggak lucu kan kalau suamimu akhirnya suka makan di warung terus kecantol mbak-mbak pelayan warungnya hanya gara-gara dia lebih pinter ngulek sambel terasi daripada kamu, nah lho.

Pada dasarnya, bagi wanita, dalam hal memilih jodoh, yang perlu menjadi penilaian utama adalah kesalehan dia. Jangan langsung melihat dia sudah kerja atau belum? Kesalahan pandangan ini.

Jangan khawatir deh ntar makan apa, pasti makan nasi, nggak mungkin makan batu.

Makanya, kalau ada mbak-mbak konsultasi padaku tentang calon jodohnya, maka pertama kali yang aku suruh lihat adalah sholatnya, beres 5 waktu tidak? Kalau beres, maka insyaallah semuanya baik. Sebab dia nanti akan menjadi pemimpin, imam bagi keluarganya itu. Dan penentuan imam yang paling penting adalah ketekunan sholat dia.

Kedua, akhlak dan tatakramanya. Cari suami yang mempunyai perangai bagus. Sebab itu berhubungan dengan interaksi sosial dia dengan keluarga mertuanya nanti. Karena lembaga pernikahan adalah lembaga yang mempertemukan dan menyambung dua keluarga, sebagaimana diketahui.

Dua hal ini yang menurutku terpenting. Sedang kriteria-kriteria tambahan lainnya, semisal ganteng, pintar, kaya, adalah kriteria pendukung dan penyempurna.

Sebab, sebagaimana inti dari semua nash-nash hadits Rosul seputar tata cara memilih jodoh, baik calon suami, ataupun calon istri, penekanannya adalah pada kebaikan agama calon suami atau calon istri.

Karena tentu saja jika agamanya baik, maka dia punya rasa khosy-yah, rasa taqwa pada Allah yang mendorongnya untun bertanggung jawab. Dan di antara bentuk bertanggung jawab bagiku, adalah bahwa calon istri itu juga kudu pinter masak, huehehe :D.

Karena tentu saja orang-orang model ini, adalah orang-orang yang bijak menghadapi hidup, yang tidak mudah goncang dengan keadaan yang sulit, mampu bersabar. Juga sebaliknya, saat keadaan enak, dia tidak mudah lalai dan terlena. Karena kemampuannya mensyukuri nikmat Penciptanya.

Kemampuan menjaga keseimbangan psikologinya, akan berdampak langsung dan nyata pada kemampuannya menjaga keseimbangan biduk rumah tangganya.

Bukan lantas catatan ini lalu diartikan, wah kalau gitu cari suami yang ahli agama saja, dari pesantren saja, yang aktif di Liqo'-Liqo' aja. Bukan begitu, tidak jaminan itu. Tetapi tadi adalah kriteria umum, dan bukan harus cari suami dari kalangan-kalangan agamis. Boleh dari kalangan apa saja, yang penting sholatnya baik, akhlaknya baik.

Pada akhirnya, di samping menyelidiki kandidat calon suami, bagaimana agamanya, bagaimana moralnya. Hendaknya sebelum memutuskan pilihan melalui musyawarah keluarga, juga tak lupa istikhoroh pada Allah Ta'ala.

Maa Khoba man Istakhoro, wa Maa Nadima man istasyaro.. Orang yang istikhoroh, tak akan kecewa, dan yang meminta pendapat, tak akan menyesal.

So akhir catatan, pintar-pintar lah memilih calon suami juga calon istri, sebab ini adalah keputusan terkrusial seumur hidup, menentukan kebahagiaanmu selamanya. Apalagi dengar-dengar katanya sekarang makin sulit mencari menantu baik. Wallahu A'lam.

Awy Ameer Qolawun

No comments:

Post a Comment