Pages

Wednesday 25 January 2012

PBNU Sesalkan Impor Bawang Merah


Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyesalkan masuknya bawang merah impor hingga 54 ton pada Januari 2012 mengingat saat ini sedang musim panen bawang merah.
"Tindakan mengimpor bawang merah sangat disayangkan karena saat ini sedang musim panen bawang merah," kata Ketua Kominfo dan Publikasi PBNU Muhammad Sulton Fatoni di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pihaknya tidak bisa terlalu menyalahkan importir karena, apapun alasannya, importir selalu berorientasi pada keuntungan, bahkan cenderung spekulatif dan mempermainkan pasar.
"Dalam konteks ini kesalahan fatal tentu ada di pihak pemerintah yang tidak mampu memproteksi petani lokal," kata Sulton.

Persoalan impor bawang merah merupakan salah satu persoalan yang menjadi sorotan dalam Rembug Tani Nasional Nahdliyin di Cirebon, Jawa Barat, beberapa hari lalu.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang hadir dalam kesempatan itu pun sempat mengkritik pemerintah yang dinilainya minim dalam memberikan perhatian kepada petani, jauh berbeda dengan perhatian yang diberikan kepada pengusaha properti.
Lebih lanjut Sulton mengatakan, hasil riset PBNU beberapa bulan lalu menunjukkan bahwa sektor pertanian membutuhkan kehadiran pemerintah untuk menyelesaikan problem tata niaga dan harga jual saat panen.
"Sebenarnya kasus ini selalu berulang dan pemerintah dapat dipastikan tidak punya konsep jelas tentang tata niaga dan harga jual saat panen untuk produk pertanian," katanya.

Dikatakannya, data Pusat Informasi PBNU saat ini menunjukkan bahwa harga bawang merah sudah jatuh, bahkan sudah mencapai Rp7000/kilogram di tingkat konsumen di tempat-tempat tertentu.
"Kasus ini tentu kami pelajari untuk melihat sejauh mana peran Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam meloloskan impor bawang merah pada saat musim panen. Jangan sampai petani bawang merah mengalami nasib yang sama dengan petani bawang putih yang saat ini hampir punah," kata Sulton.
Oleh karena itu, PBNU meminta agar pemerintah lebih serius memikirkan kelangsungan petani dalam negeri.

No comments:

Post a Comment