Pages

Sunday 10 June 2012

Cerita Hoegeng dirayu pengusaha cantik



Reporter: Ramadhian Fadillah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan pegawai pajak Sidoarjo Tommy Hendratno karena diduga hendak menerima suap Rp 200 juta. Praktik suap menyuap bukan hal baru di negeri ini.

Survei Soegeng Sarjadi Syndicate menempatkan DPR sebagai lembaga terkorup. Disusul kantor pajak dan kepolisian. Ketiga lembaga ini memang dikenal 'basah'. Suap menyuap kerap terjadi. Mulai dari uang, mobil, barang mewah, hingga wanita.

Kapolri Hoegeng Imam Santosa pun merasakan godaan tersebut. Dia pernah dirayu seorang pengusaha cantik keturunan Makassar-Tionghoa yang terlibat kasus penyelundupan. Wanita itu meminta Hoegeng agar kasus yang dihadapinya tak dilanjutkan ke pengadilan.

Seperti diketahui, Hoegeng sangat gencar memerangi penyelundupan. Dia tidak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua pasti disikatnya.

Wanita ini pun berusaha mengajak damai Hoegeng. Berbagai hadiah mewah dikirim ke alamat Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah ini langsung dikembalikan oleh Hoegeng. Tapi si wanita tak putus asa. Dia terus mendekati Hoegeng.

Yang membuat Hoegeng heran, malah koleganya di kepolisian dan kejaksaan yang memintanya untuk melepaskan wanita itu. Hoegeng menjadi heran, kenapa begitu banyak pejabat yang mau menolong pengusaha wanita tersebut. Belakangan Hoegeng mendapat kabar, wanita itu tidak segan-segan tidur dengan pejabat demi memuluskan aksi penyelundupannya.

Hoegeng pun hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan tingkah polah koleganya yang terbuai uang dan rayuan wanita.

Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah pernah menulis soal krisis kejujuran di negeri ini. Musni menyoroti kurangnya teladan dari para pemimpin untuk memberikan contoh bersikap jujur dan bersih. Diharapkan teladan seperti Hoegeng bisa membuat masyarakat berubah.

Menurut Musni, kejujuran di Indonesia walau sulit masih bisa ditegakkan. Tapi Butuh niat, kemauan, tekad dan contoh teladan dari para pemimpin. Kejujuran tidak akan pernah tegak di Indonesia jika tidak ada semua itu.

"Dengan adanya figur yang memberi contoh dan teladan, maka dalam waktu tidak terlalu lama, kejujuran dapat diwujudkan di muka bumi Indonesia," tulis Musni.
[dan]

merdeka.com

No comments:

Post a Comment